PRAMUKA.ID – Rasanya di seluruh kehidupan sosial masyarakat Indonesia tidak ada satu bagian pun yang luput dari pengaruh budaya luar. Infiltasi budaya luar itu bahkan masuk dengan cara yang paling simple dan mudah: handphone. Tanpa perlu datang ke negara barat atau bertemu dengan orang-orangnya, saat ini setiap orang di Indonesia bisa menyerap budaya luar itu dengan begitu mudahnya, sehingga kadang tingkah laku mereka seolah “bukan lagi Indonesia”.
Tentu saja sebagai negara berkembang yang menganut sistem keterbukaan terhadap negara luar, kita tidak bisa begitu saja menutup segala hal yang datang dari luar. Negara kita bukanlah Korea Utara atau Kuba atau negara-negara berpaham komunis lain yang cenderung menutup diri dari pengaruh asing. Sebagai negara yang sedang berkembang – yang tentu saja sangat ingin menjadi negara maju – maka memang selayaknya Indonesia selalu terbuka terhadap segala bentuk yang datang dari luar. Persoalannya kemudian adalah, apakah segala yang datang dari luar itu bisa dengan begitu saja diserap, lalu diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari? Inilah masalah utama dari pergerakan budaya yang ada di negara kita.
Banyak kalangan yang menyebut perubahan budaya sebagai “pergeseran”, walau sebenarnya lebih tepat disebut sebagai “pergerakan”. Kata pergeseran cenderung mengarah kepada sebuah perpindahan yang tak terlalu terasa, namun pergerakan adalah sebuah perubahan atau perpindahan yang sangat signifikan secara pola dan pengaruhnya. Ya, sedang terjadi pergerakan budaya di negara kita.
Gerakan Pramuka berada di tengah pergerakan budaya itu. Tak bisa dinafikan jika setiap anggota Pramuka memiliki pengaruh dari budaya luar, itu sebagai hal yang wajar. Namun sebagai anggota sebuah gerakan yang menjunjung tinggi ke-Indonesia-an, setiap anggota Pramuka pastilah memiliki filter yang kuat untuk bisa memilah bentuk budaya luar mana yang sejalan atau bertolak-belakang dengan budaya Indonesia. Setiap anggota Pramuka diharapkan menjadi insan yang modern dan maju tanpa harus kehilangan identitas terkuatnya sebagai anak bangsa. Budaya lokal tidak bisa digadaikan atau bahkan dicampakkan begitu saja demi atas nama modernitas atau kemajuan zaman. Adalah menjadi kebanggaan tersendiri jika setiap anggota Pramuka tampil di pentas dunia dengan kekuatan budaya lokal yang ada di dalam jiwanya.
Gerakan Pramuka pada dasarnya adalah kawah candradimuka penggemblengan anak-anak bangsa agar memiliki karakter yang kuat dan tegas di dalam era globalisasi saat ini dan ke depan. Penguatan karakter setiap anggota Pramuka pada akhirnya akan berimbas pada ketahanan budaya di dalam dirinya. Karena falsafah yang terkandung di dalam Gerakan Pramuka pada dasarnya adalah lahir dari rahim Ibu Pertiwi. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa secara otomatis setiap anggota Gerakan Pramuka adalah para insan yang kuat mempertahankan dan menjaga budaya dan nilai luhur Indonesia.
Satu hal yang harus juga dipegang adalah satu hal, yaitu bahwa kekayaan budaya lokal yang dipegang teguh oleh setiap anggota Pramuka bukanlah sebuah hambatan untuk bisa masuk ke dalam tata pergaulan internasional. Setiap anggota Pramuka tetap menjadi Indonesia di dalam pentas dunia.
***
Tentang Penulis:
Kombes Pol. (Purn) Muhamad Zarkasih, Andalan Nasional Komisi Bela Negara | Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Gerakan Pramuka tingkat Daerah, Kwartir Daerah Gerakan Pramuka DKI Jakarta.