PRAMUKA.ID – Bertempat di Aula Agus Salim, Taman Rekreasi Wiladatika, Cibubur, pada Senin (20/11-2021), Kwartir Nasional Gerakan Pramuka menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) mengenai Konsep Model Museum Pramuka Indonesia.
Program kerja Komisi Kehumasan dan Informatika tahun 2021 ini diselenggarakan dalam rangka mencari bentuk dan format ideal pendirian museum Gerakan Pramuka yang menjadi salah satu rencana strategis Kwarnas Gerakan Pramuka masa bakti 2018-2023.
Diikuti oleh seluruh Andalan Kehumasan dan Informatika beserta para staf, juga Kepala dan Sekretaris Pusinfo Kwarnas, FGD ini menghadirkan narasumber Kak Mis Ari (Museum Bahari), Kak Archangela Y. Aprianingrum (Analis Permuseuman / Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI), Kak Cosmas Tri Susantho (Staf Ahli Kemenkop UKM), serta Wakil Ketua Kwarnas/Ketua Komisi Kehumasan dan Informatika, Berthold D.H. Sinaulan, S.S.
Kak Berthold mengatakan, kegiatan ini berlatar belakang pada fakta sejarah bahwa Kepanduan di Indonesia sudah berusia 111 tahun jika dihitung sejak tahun 1912 yang dimulai oleh adanya cabang “Nederlandsche Padvinders Organisatie” (NPO) di Indonesia atau masih bernama Hindia-Belanda.
“Jika melihat sejarah kepanduan di Indonesia, sangat penting adanya sebuah bentuk fisik Museum Pramuka dapat berguna untuk generasi yang akan dating,” demikian diungkapkan Kak Berthold.
Ditambahkannya, pengembangan konsep penyajian Museum Nasional Gerakan Pramuka ini berisi langkah-langkah menentukan lokasi, gagasan tata ruang pameran tetap di museum, konsep tata pameran yang kreatif, dan konsep rancangan desain ruang museum.
“Konsep ini bisa menjadi acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi bagi museum yang akan didirikan, sehingga pelaksanaan museum nasional Gerakan Pramuka,” lanjut Kak Berthold.
Sementara menurut Kak Mis Ari, fungsi museum adalah lembaga yang berfungsi untuk melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat.
“Koleksi museum merupakan asset yang paling berharga karena merupakan bukti budaya manusia dan alam yang dihuni. Karena itu pemeliharaan koleksi pun menjadi penting agar selalu pada kondisi prima dan ‘berumur panjang,” ujar Kak Mis Ari.
Sedangkan Kak Archangela Y. Aprianingrum mengatakan bahwa pendirian museum harus melakukan beberapa kajian, terutama hal-hal yang mendasar, antara lain menentukan visi dan misi, menentukan nama dan jenis koleksi, serta lokasi dan bangunan.
“Dan yang tidak kalah penting adalah menentukan struktur organisasi dan kualifikasi SDM serta sumber pendanaan tetap untuk kelangsungan museum jangka panjan,” jelas perempuan yang akrab disapa Kak Arum itu.
Kak Cosmas Tri Susantho memiliki pandangan lebih luas lagi bahwa Museum Pramuka dapat berfungsi dan menjadi pusat ekosistem kepramukaan Indonesia yang dapat men-sinergi-kan dan dapat menjadi tempat berkolaborasinya peran unsur-unsur Pentahelix (Pramuka, Pemerintah, Media, Pengusaha, dan Akademisi).
“Museum Pramuka bisa menjadi bagian dari komplek atau kawasan terpadu di mana ekosistem permuseuman dapat saling terhubung dan bersinergi satu dengan yang lainnya membangun Pramuka Indonesia,” ujar Kak Cosmas.
Lebih lanjut Kak Cosmas mengatakan bahwa kawasan yang sebaiknya dibangun selain sebagai museum yaitu tempat untuk mengumpulkan, meneliti, merawat, dan memelihara, serta memamerkan dan mengkomunikasikan warisan benda & tak benda atau pun sebagai sarana pendidikan & pembelajaran.
“Dengan kata lain, komplek Museum Pramuka Indonesia dapat diberdayakan agar tetap mandiri dengan menjadikan komplek museum sebagai lokasi kegiatan lainnya bekerjasama dengan pihak ketiga lainnya sebagai bagian dari ekosistem,” tutup Kak Cosmas.
***