PRAMUKA.ID – Seorang raja biasanya dikesankan sebagai tokoh utama yang menguasai kerajaan dengan wilayah tertentu, dan tak jarang mempunyai ambisi besar untuk meluaskan wilayah kerajaannya. Catatan-catatan sejarah yang ada mengisahkan, cukup banyak raja yang karena demikiannya berambisi untuk meluaskan wilayah kerajaannya, sehingga berusaha dengan segala cara menaklukkan wilayah yang diincarnya.
Bahkan untuk merebut dan menguasai wilayah itu, sang raja siap berperang. Tak tertutup kemungkinan pula, dengan menghancurkan penguasa dan penduduk di wilayah yang diincarnya. Perangi, hancurkan, rebut, dan kuasai, begitu upaya sang raja untuk memperluas wilayah kerajaannya.
Namun, meskipun perang cukup sering menjadi kiprah seorang raja, tetapi ternyata ada juga raja-raja yang mencintai perdamaian. Bukan tampil berperang, tetapi sebaliknya menjadi duta perdamaian. Paling tidak, itulah yang terlihat dari upaya dua raja yang ikut memelopori dan mengembangkan kegiatan kepramukaan yang disebut the Messengers of Peace (MoP) atau dalam Bahasa Indonesia disebut Duta Perdamaian.
Seperti telah banyak diketahui, slogan World Scouting yang merupakan gerakan pendidikan kepanduan sedunia adalah “Scouts, creating a better world”. Bila diterjemahkan, kurang lebih berarti, “Para Pramuka, (membantu) menciptakan dunia yang lebih baik”. Dijelaskan pula dalam situs web resmi World Organization of the Scout Movement (WOSM) yaitu www.scout.org, bahwa di seluruh dunia, para Pramuka terlibat dalam berbagai upaya di komunitas masing-masing, untuk membangun budaya perdamaian dan dialog yang langgeng. Dari aksi kecil hingga proyek layanan masyarakat besar, kaum muda di dalam Pramuka ikut menangani masalah lokal, menanggapi bencana alam, memimpin kegiatan pembangunan perdamaian, membela kesetaraan gender, bekerja untuk membuat pengungsi merasa diterima dan mendorong kemajuan yang berarti, sekaligus untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), dan banyak lagi.
Messengers of Peace (MoP) adalah inisiatif unggulan WOSM yang menginspirasi para Pramuka di seluruh dunia agar mengambil tindakan di komunitas mereka dengan berkontribusi pada perdamaian dan pembangunan berkelanjutan. Sampai saat ini, MoP telah melibatkan hampir semua 172 Organisasi Kepanduan Nasional – termasuk Gerakan Pramuka di Indonesia – dan menginspirasi lebih dari 17 juta proyek dan aksi dengan total hampir 2,5 miliar jam pengabdian masyarakat yang disumbangkan oleh para Pramuka itu.
Sejak 2010
Kegiatan MoP itu diawali sejak 2010. Namun, bila dirunut ke belakang, MoP sebenarnya telah dilakukan oleh Bapak Pandu/Pramuka Sedunia kita, Lord Baden-Powell. Inisiatifnya untuk mendirikan gerakan pendidikan kepanduan, salah satunya adalah untuk mendidik anak-anak dan remaja menjadi manusia-manusia berkarakter yang siap menjalankan kewajiban terhadap Tuhan, terhadap negara, dan selalu bersedia menolong sesama hidup. Baden-Powell juga engembangkan persaudaraan seluas dunia, yang antara lain diwujudkan dalam bentuk jambore dunia sejak 1920, suatu perkemahan selama beberapa hari yang diikuti oleh para Pramuka dari berbagai negara, berkegiatan bersama, menjalin persahabatan, dan mengembangkan sikap saling tolong menolong, tanpa melihat perbedaan latar belakang yang ada.
Pada 2001, pemimpin Arab Saudi saat itu, Raja Abdullah bin Abdul Aziz, memulai sebuah proyek untuk mengembangkan perdamaian dunia. Setelah mencoba melakukan proyek perdamaian antara lain di Palestina, Bosnia Herzegovina, dan beberapa negara lainnya, maka pada 2006 organisasi kepanduan nasional di Arab Saudi mengundang para Pramuka daro 85 negara untuk mengikuti perkemahan yang dinamakan “Together for Peace” (Bersama untuk Perdamaian).
Dua tahun kemudian, Raja Abdullah memelopori dan mensponsori pameran bertajuk World Scout Exhibition for Peace (Pameran Kepanduan Sedunia untuk Perdamaian) di Riyadh, sebagai salah satu kegiatan World Scout Foundation (WSF), suatu yayasan kepanduan sedunia yang menghimpun dana untuk membantu macam-macam kegiatan kepramukaan di seluruh dunia. Pada saat itulah, WSF menganugerahkan Raja Abdullah penghargaan yang disebut Baden-Powell Fellowship, yang diserahkan langsung oleh Raja Swedia, Raja Carl XVI Gustaf, yang juga menjadi Ketua Kehormatan WSF.
Kedua raja itu tampaknya sepakat bahwa perdamaian dunia menjadi penting untuk menjaga kelangsungan hidup manusia di atas bumi ini. Perang hanya akan menghancurkan, membunuh manusia, dan merusak lingkungan. Itulah sebabnya, kedua raja itu, Raja Arab Saudi dan Raja Swedia, akhirnya sepakat untuk menggulirkan program dan kegiatan inisiatif yang disebut MoP.
Kegiatan MoP itu diawali sejak 2010, dan sejak saat itu, program tersebut terus bergulir ke seluruh dunia. Gerakan Pramuka dari Indonesia termasuk yang beruntung telah ikut aktivitas MoP sejak awal. Bahkan Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) saat itu, Kakak Prof. Dr. dr. Azrul Azwar, MPH, termasuk yang diundang ke Arab Saudi sewaktu pencanangan resmi dimulainya program itu.
Selanjutnya, ketika pada 2012 untuk pertama kalinya diadakan pelatihan jaringan MoP yang diberi nama MoP Training Network pada akhir Mei 2012 di Singapura dan dihadiri oleh wakil-wakil organisasi kepanduan nasional dari seluruh dunia yang dipilih untuk ikut, Gerakan Pramuka juga hadir. Bahkan di antara seluruh peserta, Gerakan Pramuka menjadi organisasi kepanduan nasional dengan jumlah peserta terbanyak. Bila negara lain hanya diwakili 1 atau 2 orang saja, maka dari Gerakan Pramuka hadir 6 orang. Mereka antara lain, Koordinatior Nasional MoP Indonesia, Kak Sri Gusni Febriasasi, Ketua DKN saat itu, Adik Yudha Adhyaksa dan beberapa anggota DKN lainnya, serta Andalan Nasional, Kak Berthold Sinaulan.
Bila yang lain dipilih keikutsertaannya oleh Ketua Kwarnas, maka Kak Berthold mendapat jatah keikutsertaan dari Biro Kepanduan Asia-Pasifik. Direktur Regional Kepanduan Asia-Pasifik saat itu, Mr. Abdullah Rasheed, memilih lima orang koresponden atau pewarta kepanduan yang aktif mengirimkan berita di kawasan Asia-Pasifik. Salah satunya adalah Kak Berthold Sinaulan yang telah menjadi koresponden Kepanduan Asia-Pasifik sejak 1995.
Tanpa Batas
Program dan kegiatan MoP kemudian berlangsung terus, bahkan semakin banyak dan semakin meluas. Sebagai penghargaan kepada mereka yang aktif dalam kegiatan itu, disediakan penghargaan yang disebut MoP Hero Award. Gerakan Pramuka juga beruntung telah menerima beberapa kali penghargaan itu.
Pada 2013, Kak Atta Verin yang merupakan Pembina Pramuka dari Bandung, Jawa Barat, menerima penghargaan itu atas jasanya menginisiasi program yang disebut Pramuka Buku Hidup, sebuah kegiatan mengembangkan literasi kepada masyarakat, dengan membantu membacakan buku dan bacaan lainnya kepada masyarakat luas. Tiga tahun kemudian, Kak Jaenal Mutakin, Pembina Pramuka dari Kuningan, Jawa Barat, memperoleh penghargaan serupa. Melalui program Scout Journey for Peace, Kak Jaenal mengajak beberapa Pramuka untuk menyebarkan pesan perdamaian selama perjalanan dengan kereta api, dengan mengajak penumpang membaca buku dan mengadakan permainan yang meningkatkan kesadaran pentingnya perdamaian.
Lalu, Kak Venny Indri Christiyanti yang menjadi Koordinator Nasional MoP menggantikan Kak Sri Gusni, memperoleh penghargaan itu pada 2017. Dan yang terkini adalah Adik Fakhir Naufal, seorang Pramuka Penegak Garuda dari Kwarda DKI Jakarta, yang memperoleh penghargaan MoP Hero Award pada akhir 2021, yang diserahkan pada awal 2022. Dik Fakhir mengajak teman-teman dan masyarakat luas dengan program Pramuka Donor Darah, yang membantu mengkampanyekan pentingnya donor darah, termasuk donor plasma konvalesen yang diperlukan pada masa pandemi Covid-19.
Masih banyak lagi program dan kegiatan MoP lainnya. Kedua raja sebagai penggagasnya, Raja Arab Saudi dan Raja Swedia, telah membuktikan inisiatif keduanya sungguh berguna. Aktivitas keduanya dalam upaya mengembangkan perdamaian, jelas tampak benar-benar dilakukan tanpa henti dan tanpa batas. Walaupun Raja Abdullah dari Arab Saudi telah wafat, tetapi gagasannya terus berkembang dan diteruskan oleh keturunannya yang memegang tampuk Kerajaan Arab Saudi, maupun oleh yayasan-yayasan yang telah dibentuknya.
Demikian pula Raja Swedia yang terus mengabdi tanpa batas untuk menyuarakan pentingnya perdamaian. Di usianya yang telah lanjut, sang raja masih tetap aktif dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan MoP, termasuk menghadiri pertemuan-pertemuan WSF dan menghimpun dana yang sebagian besar digunakan untuk membantu kegiatan-kegiatan kepramukaan yang terkait dengan MoP.
Kedua raja itu memang benar-benar Duta Perdamaian dan terus berbakti tanpa henti, serta mengabdi tanpa batas. Demi perdamaian dunia yang didambakan kita semua.
***
*) Kak Berthold Sinaulan adalah Wakil Ketua/Ketua Komisi Kehumasan dan Informatika Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.