PRAMUKA.ID – Gerakan Pramuka kehilangan lagi salah satu tokoh nasional terbaiknya. Mayor Jenderal TNI (Purn) Syaukat Banjaransari, yang pernah beberapa periode menjadi pengurus Kwartir Nasional (Kwarnas) dan terakhir menjabat sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kwarnas masa bakti 1998-2003, meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, pada Minggu, 2 Juli 2023, pagi.
Kak Syaukat, panggilan akrabnya di kalangan para Pramuka, meninggal dunia pada pukul 10.31 WIB di usianya yang ke-86. Ucapan duka segera berdatangan, termasuk dari Ketua Kwarnas, Komjen Pol (Purn) Drs. Budi Waseso, yang mengunggah ucapan, ”Keluarga Besar Kwartir Nasional Gerakan Pramuka turut berduka cita atas meninggalnya Mayjen TNI (Purn) Syaukat Banjaransari, Sekjen Kwartir Nasional 1998-2003. Semoga almarhum diampuni segala dosa dan diterima amal ibadahnya. Aamin Allahumma Aamin” lengkap dengan gambar Kak Syaukat berseragam Pramuka.
Banyak kenangan bersama Kak Syaukat di Gerakan Pramuka. Kak Syaukat memang bukan tokoh asing. Beliau juga pernah menjadi Sekretaris Militer Presiden di masa kepemimpinan Presiden Soeharto pada 1989 sampai 1993. Namun, dengan berbagai jabatan tinggi itu, Kak Syaukat tetaplah seorang yang rendah hati. Dia tak segan turun tangan langsung membantu kegiatan kepramukaan, baik saat menjadi Sekjen maupun sebelum itu. Sikap rendah hatinya juga tampak ketika Kak Syaukat bertatap muka dengan staf Kwarnas maupun para Pembina dan adik-adik peserta didik Pramuka yang usianya jauh di bawahnya. Tak ada kesan meninggikan diri, bahkan seringkali Kak Syaukat yang menyapa pertama kali ketika bertemu.
Ketika ikut dalam delegasi Gerakan Pramuka mengikuti Konferensi Kepramukaan Asia-Pasifik di Singapura tahun 1995, Kak Syaukat juga menunjukkan sikapnya yang rendah hati dan mudah bergaul dengan para tokoh Pramuka dari mancanegara. Bahkan, Kak Syaukat menunjukkan keterampilannya dalam menjahit, ketika dia menjahit badge-badge kepramukaan dari berbagai negara yang diterimanya di tas kain yang dibagikan kepada seluruh peserta konferensi. Jadilah tas milik Kak Syaukat paling menonjol karena unik dipenuhi badge-badge dari berbagai negara. Kelak, banyak pula para Pramuka – khususnya para kolektor memorabilia kepramukaan – yang meniru Kak Syaukat, menjahit badge-badge kepramukaan di tas atau ransel mereka. Terutama tas atau ransel yang dibagikan saat mengikuti acara kepramukaan internasional.
Bagi para penggemar prangko, Kak Syaukat juga berperan dalam beberapa penerbitan prangko. Beliau pernah menjadi Ketua Dewan Juri Lomba Desain Prangko Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Departemen Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi (sekarang penerbitan prangko di bawah kendali Kementerian Komunikasi dan Informatika) pada kurun 1993 sampai 1996.
Bahkan, penilaian lomba itu pernah dilakukan di salah satu ruang di Bina Graha, salah satu gedung di komplek Istana Presiden, yang menjadi tempat kerja Presiden Soeharto. Lembaran-lembaran desain karya peserta lomba ditempelkan di seluruh dinding ruangan, lalu dinilai satu-persatu oleh dewan juri yang dipimpin Kak Syaukat. Para juri juga kemudian berkesempatan untuk melihat langsung ruang kerja Presiden Soeharto di Bina Graha itu.
Keputusan untuk menjadikan Kak Syaukat sebagai ketua dewan juri memang tepat. Beliau juga mempunyai keterampilan dan menggambar dan melukis, sehingga tentunya dapat menilai desain gambar yang baik atau tidak. Keterampilan itu juga ditunjukkan Kak Syaukat dalam beberapa kali rapat di Kwarnas. Selain menggunakan kertas yang diambil dari buku catatan, Kak Syaukat juga pernah menggambar dengan menggunakan kertas bekas boks makanan dari karton. Bahkan wajah Ibu Tien Soeharto berseragam Pramuka juga pernah digambarnya hanya dengan menggunakan bolpoin, dan hasilnya sungguh mengagumkan.
Di usia tuanya, Kak Syaukat semakin aktif melukis dan beberapa kali menggelar pameran lukisan di berbagai tempat. Selamat jalan Kak Syaukat, jasa kakak akan selalu dikenang oleh seluruh jajaran Gerakan Pramuka.
***
Teks: BDHS