PRAMUKA.ID – Ketika pertama kalinya kalimat “mengabdi tanpa batas” diucapkan Kak Budi Waseso pada pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Gerakan Pramuka Tahun 2022 yang diselenggarakan di Komplek Taman Rekreasi Wiladatika (TRW) Cibubur, Jakarta Timur, pada 29 Maret 2022, banyak yang menyambut baik ajakan itu.
Kalimat tersebut merupakan bagian dari tema Rakernas tersebut. Secara lengkap, Kak Budi Waseso atau lengkapnya Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka, Komjen Pol (Purn) Drs. Budi Waseso mengucapkan, “Rakernas kali ini mengambil tema ‘Mengabdi Tanpa Batas untuk Membangun Ketangguhan Bangsa’. Tema yang kami harapkan dapat dijadikan tema utama untuk berbagai kegiatan kepramukaan pada tahun ini. Gerakan Pramuka harus bertekad bulat untuk mengabdi tanpa batas dalam membangun generasi muda yang tangguh dan pada gilirannya dapat dengan tangguh pula memimpin bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
Ucapan tersebut merupakan sambutan dan sekaligus laporan Ketua Kwarnas pada pembukaan Rakernas itu. Ucapan berupa ajakan yang disambut baik oleh para peserta Rakernas. Bagi anggota Gerakan Pramuka, khususnya orang dewasa seperti umumnya para peserta Rakernas yang merupakan utusan dari Kwartir Daerah seluruh Indonesia, mengabdi tanpa batas memang sudah sepatutnya menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Seperti kita ketahui, bagian dari Kode Kehormatan bagi orang dewasa dalam Gerakan Pramuka, adalah janji berupa Trisatya Pramuka. Janji itu dimulai dengan kalimat, “Demi kehormatanku, aku berjanji akan bersungguh-sungguh menjalankan kewajibanku…” Tentu kita tak mau kehilangan kehormatan kita, dan untuk itu akan terus berusaha menepati janji yang kita ucapkan dengan bersungguh-sungguh itu.
Kalimat Trisatya itu dilanjutkan dengan menjalankan kewajiban terhadap Tuhan, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan mengamalkan Pancasila. Lalu, “menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat.” Trisatya itu ditutup dengan kalimat, “menepati Darma Pramuka”. Secara keseluruhan, dari tiap kalimat dalam Trisatya itu menunjukkan sikap seorang Pramuka untuk terus mengabdi, siap menolong dan ikut serta membangun masyarakat. Pencerminan sesungguhnya dari slogan “mengabdi tanpa batas”.
Namun slogan itu sebenarnya juga merupakan pencerminan semangat Kak Budi Waseso sendiri untuk mengabdi tanpa batas. Mengapa demikian?
Mari kita lihat bersama. Kak Budi Waseso telah menjalani karier yang gemilang. Dalam profesinya sebagai anggota Kepolisian RI (Polri), Kak Budi Waseso telah mencapai pangkat sebagai seorang Komisaris Jenderal, seorang perwira tinggi Polri berbintang tiga. Selain itu, Kak Budi Waseso juga telah menempati jabatan-jabatan yang cukup prestisius. Sebut saja antara lain, Kapolda Gorontalo, Kepala Badan Reserse Kriminal Polri, dan Kepala Badan Narkotika Nasional. Di dalam setiap penugasannya, Kak Budi Waseso juga telah menorehkan cukup banyak prestasi yang membanggakan.
Dalam suatu pertemuan dengannya sekitar kuartal pertama 2018, Kak Budi Waseso menceritakan bahwa setelah penugasannya di Polri, dia sudah siap pensiun. Baginya, menyelesaikan karier dengan baik, sudah merupakan kewajibannya. Kak Budi Waseso telah siap pensiun, sambil mengisi hari-harinya dengan sejumlah kegiatan hobi yang selama ini kurang dapat dijalaninya, karena kesibukan pekerjaan.
Kak Budi Waseso juga telah merasa cukup dengan yang dimilikinya, karena memang dalam kehidupannya bukan materi yang dikejar, tetapi yang terpenting adalah mengabdi semaksimal mungkin bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Termasuk sewaktu penugasan di salah satu wilayah di Jawa Barat, Kak Budi Waseso membantu anak buahnya untuk mendapatkan penghasilan tambahan yang halal. Salah satunya, mengembangkan usaha tambak ikan.
Suatu hal yang dianggap biasa saja bagi dirinya. Sebagai komandan, Kak Budi Waseso merasa berkewajiban membantu anak buahnya untuk bisa menopang kehidupan keluarga masing-masing. Namun, apa yang terjadi? Setelah tambak-tambak ikan yang dikelola itu berhasil berkembang, tiba-tiba Kak Budi Waseso didatangi para mantan anak buahnya itu. Mereka membagi hasil keuntungan dari penjualan ikan untuk Kak Budi Waseso.
Pada awalnya, Kak Budi menolak. Dia menganggap bantuan yang dilakukannya benar-benar dikerjakan dengan ikhlas, tanpa mengharap balas jasa. Akan tetapi, para mantan anak buahnya berkeras, mereka merasa bahwa ada bagian kepemilikan Kak Budi Waseso yang benar-benar telah membantu menyediakan lahan dan bantuan biaya untuk awal mula pengelolaan tambak ikan itu. Maka sejak saat itu, tiap bulan Kak Budi Waseso mendapat bagian dari hasil pengelolaan tambak ikan. Tentu saja, Kak Budi Waseso tidak hanya sekadar menerima bagi hasil keuntungan, tetapi juga terus memberikan arahan dan bantuan bila diperlukan, agar pengelolaan tambak ikan tetap berjalan lancar.
Jadi, sebenarnya dari segi finansial pun Kak Budi Waseso tidak berkekurangan. Ditambah lagi, sikap dirinya yang selalu siap menerima segala keadaan, dan mampu mengatasi kendala yang ada sebaik mungkin. Suatu hal yang menurut Kak Budi Waseso, juga didapatnya ketika dia aktif di kepramukaan pada waktu di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama dulu.
Tak Gentar
Namun, belakangan Kak Budi Waseso ternyata hanya sebentar menjalani masa pensiun setelah purna tugas sebagai perwira tinggi Polri. Presiden RI, Bapak Joko Widodo, menunjuknya sebagai Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) sejak 2018. Pada 1 Maret 2018, Kak Budi Waseso menyelesaikan tugasnya di Polri, dan tak berapa lama kemudian – tepatnya 27 April 2018 – diangkat sebagai Kepala Bulog.
Bagi Kak Budi Waseso, tugas baru itu diembannya dengan penuh semangat dan sikap amanah untuk terus mengabdi bagi bangsa dan negaranya. Meski pun penugasan di Bulog terbilang bidang yang baru baginya yang sepanjang karier pekerjaannya bertugas di Polri, tetapi Kak Budi Waseso cepat beradaptasi dan mampu memimpin dengan baik. Bukan sekadar memimpin begitu saja, tetapi tak gentar menghadapi banyaknya tantangan dalam mengatur logistik pangan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Bagi Kak Budi Waseso, pekerjaannya sebagai Kepala Bulog merupakan bagian dari baktinya kepada negeri ini. Di dalam dirinya memang sudah terpateri semangat untuk terus mengabdi di dalam bidang apa pun yang ditugaskan kepadanya. Baginya, bila sudah bersedia bekerja di satu bidang tertentu, maka kita harus memegang prinsip 3 K, yaitu Komitmen, Konsisten, dan Konsekuen.
Dijelaskannya juga, kita harus berkomitmen dengan pilihan kita, misalnya untuk bekerja di bidang tertentu. Kalau ada tawaran, kita harus mempertimbangkan dengan baik, berdasarkan kemampuan dan kemauan kita. Begitu kita memilih untuk bekerja di bidang itu, kita harus berkomitmen, menjalankan pekerjaan dengan baik. Selain itu, kita harus konsisten dengan setiap yang kita lakukan, artinya tepat dan mantap dalam bekerja secara terus-menerus. Di samping itu, kita kita juga harus konsekuen, mau bertanggung jawab dengan pilihan kita, jangan menyalahkan orang lain. Demikian antara lain dipaparkan Kak Budi Waseso.
Itulah sebabnya, ketika datang tawaran untuk mencalonkan diri sebagai Ketua Kwarnas masa bakti 2018-2023, Kak Budi Waseso meminta waktu untuk memikirkannya terlebih dulu, apakah dia akan memilih maju sebagai calon Ketua Kwarnas atau tidak. Kak Budi Waseso juga akan menanyakan dulu kepada Presiden RI, karena saat ini dia memegang jabatan publik yang dipercayakan oleh Presiden kepadanya.
Setelah memikirkan cukup lama dan mendapat persetujuan dari Presiden RI, Kak Budi Waseso akhirnya memilih untuk maju sebagai calon Ketua Kwarnas. Sudah menjadi fakta sejarah, Kak Budi Waseso akhirnya terpilih sebagai Ketua Kwarnas masa bakti 2018-2023 dalam Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka di Kendari, Sulawesi Tenggara, pada akhir September 2018.
Begitu terpilih sebagai Ketua Kwarnas, Kak Budi Waseso segera merangkul berbagai pihak untuk sama-sama memajukan Gerakan Pramuka. Bahkan mereka yang dulu berhadapan dan berlawanan dengan pencalonannya, juga dirangkul. Kak Budi Waseso tidak mempersoalkan seseorang pernah berlawanan dengan dirinya, selama kini mau bekerja sama untuk memajukan Gerakan Pramuka, maka tetap pantas untuk dijadikan pengurus Kwarnas.
Tetap Memperhatikan
Dalam perjalanannya memimpin Kwarnas, walaupun Kak Budi Waseso demikian sibuknya pada urusan-urusan penanganan pangan melalui Bulog, tetapi tetap memperhatikan kemajuan Gerakan Pramuka. Sudah sering sekali, Kak Budi Waseso memberikan bantuan di tengah kendala atau tantangan yang dihadapi Kwarnas maupun Gerakan Pramuka keseluruhannya.
Di tengah kesibukannya sehari-hari, Kak Budi Waseso tetap memantau perkembangan Gerakan Pramuka dan memberikan arahan yang diperlukan. Bagi Kak Budi Waseso, seorang ketua dalam lingkungan Gerakan Pramuka tidak harus serta merta mengendalikan semuanya seorang diri, karena ada sekretaris jenderal, para wakil ketua, dan bendahara. Mereka ini juga termasuk unsur pimpinan, dan karena di lingkungan Gerakan Pramuka dikenal prinsip kepemimpinan “kolektif kolegial”, maka dalam menjalankan roda kepengurusan Kwarnas, Kak Budi Waseso juga mendelegasikan kepemimpinannya kepada para pimpinan Kwarnas lainnya sesuai bidang tugas masing-masing. Walaupun demikian, bila ada hal-hal mendesak atau memerlukan keputusan akhir yang tidak atau belum dapat dilakukan pimpinan lainnya, maka Kak Budi Waseso sebagai Ketua Kwarnas turun tangan langsung memutuskan.
Dalam pekerjaan Kwarnas sehari-hari memang dilaksanakan oleh seorang sekretaris jenderal. Namun, seperti dikatakan Mayjen TNI (Purn) Dr. Bachtiar, SIP, MAP, yang merupakan Sekretaris Jenderal Kwarnas, semua pekerjaan pentingnya selalu mendapat arahan dari Kak Budi Waseso. Sesibuk apa pun, Kak Budi Waseso tetap menyempatkan diri memberikan arahan dan instruksi untuk kemajuan Kwarnas khususnya, dan Gerakan Pramuka umumnya.
Hal ini membuktikan, semangat mengabdi tanpa batas dari seorang Ketua Kwarnas. Di tengah kesibukannya, karena Kak Budi Waseso telah memilih untuk mengabdi di Gerakan Pramuka, maka dia tetap konsisten, komitmen, dan konsekuen menjalankannya.
***
*) Kak Berthold Sinaulan adalah Wakil Ketua/Ketua Komisi Kehumasan dan Informatika Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.