Online atau offline bukan masalah dalam pelaksanaan kursus kepramukaan. Mengapa demikian? Kursus kepramukaan itu berbasis kompetensi bukan berbasis bentuk kursus. Jika peserta dapat dinyatakan kompeten di bidangnya, lalu berdampak positif, sebuah kursus dinyatakan sukses. Oleh karena itu, dalam Gerakan Pramuka, melalui sisdiklat, dinyatakan deretan kompetensi yang perlu diwujudkan oleh peserta kursus.
Online atau offline hanyalah alat untuk mencapai tujuan kursus. Tentu, agar kursus berjalan baik, alat perlu diolah agar meminimalkan gangguan dan memaksimalkan ketercapaian kursus. Online atau offline diatur dan dikelola dengan baik dan benar oleh pengelola kursus.
Dunia virtual dapat dijangkau melalui online dan offline. Tentu, keterjangkauannya bergantung kekuatan online dalam hal pilihan materi, koneksitas konsep, dan simbol pemaknaan. Hasil penjangkauan itu lalu diwujudkan dalam bentuk offline. Online atau offline menjadi dua aspek yang berhubungan, berkaitan, bermutasi, dan bertunjangan satu sama lain. Apalagi, dunia virtual hanya dapat dijangkau melalui online, tentu aspek ekonomis sangat berperan. Untuk itu, perlu online yang dilanjutkan dengan offline, offline yang dikirimkan melalui online, dan begitu selanjutnya keterhubungan antara online dan offline.
Oleh karena online dan offline hanyalah alat, kursus kepramukaan dapat dijalankan melalui online saja, melalui offline saja, melalui online ke offline, melalui offline ke online, dan kreasi lainnya. Yang terpenting adalah kompetensi peserta terwujud. Indikator dan monitor pelaksanaan dapat dipakai untuk melihat keberhasilannya.
Memang selama ini, kursus kepramukaan sering dilaksanakan melalui offline. Itu tampaknya juga dilakukan lembaga lain di luar GP. Sehingga, sangat wajar jika ada pelatih atau widyaiswara yang teramat asyik dengan cara offline. Begitu keasyikan itu dipindahkan ke proses online, tentu terdapat gangguan kebiasaan pelatih. Gangguan itu terkait pikiran, batin, dan tindakan yang sudah terlanjur beku dengan cara lama. Itu wajar. Itu gejala biasa dalam sebuah kebaruan.
Online itu alat untuk masuk ke dunia maya yang lebih luas dan variatif. Pelatih yang dapat menembus lorong maya adalah mereka yang mampu menggunakan online. Cara, teknik, gaya, pola, dan strategi ber-online harus dikuasai. Macam dan jenis provider, search engine (mesin pencari), portal, situs, dan lainnya perlu dikenali dengan baik.
Pelatih kepramukaan tidaklah mungkin bisa menghindar dan menolak kemajuan inovasi, seperti kecanggihan dunia online. Untuk itu, pelatih perlu mengerahkan semua daya dan upaya untuk akrab dengan online. Mereka harus membiasakan dan memahirkan diri melalui online.
Pelatih kepramukaan perlu memunyai portal pribadi, entah itu berupa web, blog, IG, FB, WA, google classroom, mentimeter, flipbooks, atau lainnya. Dengan begitu, peserta kursus dapat merunut ulang, mempelajari lebih jauh, dan mengulas detail materi yang telah diterimanya.
Kursus melalui online atau offline tidak menjadi masalah bagi pelatih. Yang terpenting bagi pelatih adalah ketercapaian kompetensi yang diharapkan. Menu kursus dapat dirembug. Strateginya dapat diatur bersama. Porsi ketercapaian jangan sampai berkurang. Pelatihan harus tetap jalan. Selamat melatih.
Penulis: Kak Suyatno
Waka Kwarnas Bidang Binawasa