Budikdamber ini merupakan singkatan dari Budidaya ikan dalam ember. Di dalam ember besar kita dapat berternak ikan dan di atasnya kita dapat menanam sayuran. Budikdamber ini adalah penemuan Kak Juli Nursandi dari Politeknik Universitas Negeri Lampung (Unila). Teknik ini cocok untuk kita yang memiliki lahan sempit.
Di masa pandemi yang mengharuskan kita di rumah saja, budikdamber bisa dilakukan. “Cocok untuk kita yang tinggal di Jabotabek yang hanya ada sedikit lahan. Jika ada tanah ya tanam sayuran di tanah. Kalau tak ada, bisa dengan hydroponik atau budikdamber. Saya pilih budikdamber karena lebih murah dan dapat sayuran juga ikan,” kata Kak Agung Sedayu yang menjadi narasumber di kegiatan Kwarnas pada hari Minggu.
Selanjutnya dia mengatakan bahwa benih ikan Lele untuk budikdamber harus dipilih. Jenis ikan Lele yang tepat diternakkan dalam ember. Baru belajar, ternak ikan sedikit dulu. Yang pasti pilih benih ikan Lele yang panjangnya 7-8 cm. Ukuran itu lebih pas ya agar dua sampai tiga bulan bisa dipanen.
“Kita harus perhatikan pakan ikan sepertì pelet. Jika ukuran ikan lebih kecil berarti peletnya, butiran pelet harus kecil. Saat diberikan ke ikan sebaiknya direndam sebentar. Kalau dalam kondisi kering terus ikan makan, maka akan mengembang di perut ikan,” jelas Kak Agung Sedayu.
Pengalaman Kak Bagas dari Griya Hijau, dia memberikan pelet dalam kondisi kering. Untuk ember yang besar seperti yang Kwarnas berikan ke peserta pelatihan, pelet cukup dua tutup botol air mineral. “Ikan lele yang baru diternak dalam ember itu jangan langsung dikasih pelet. Ikan puasa dulu ya satu dua hari. Kalau dikasih si ikan tambah stress. Dia stress di tempat baru, trus langsung dikasih makan ya tambah stress. Dimakan juga tapi dimuntahkan. Muntahan ini bisa membahayakan ikan itu sendiri,” kata Kak Bagas.
Baik Kak Bagas maupun Kak Agung Sedayu, memberitahu kalau ikan Lele yang sudah di dalam ember itu harus diperhatikan. Ikan Lele diberi makan sehari tiga kali: pagi, siang dan malam. Kemudian lihat perkembangannya. Dalam waktu satu atau dua minggu akan tampak ikan yang besar dan kecil. Kita harus sortir, “Pisahkan ikan Lele itu. Pindahkan ke suatu tempat ikan yang kecil. Kalau saya lakukan penyortiran tiap minggu,” kata Kak Agung Sedayu.
“Kita ambil yang kecil-kecil ya dari ember tempat budikdamber. Kalau dibiarkan kasihan. Lele itu kanibal, ikan yang kecil bisa dimakan oleh yang gede,” tambah Kak Bagas.
Yang terpenting pula, air dalam ember tiap minggu diganti. Tapi tidak semua airnya lho, melainkan separuh. Jika semua air diganti, ikan bisa mati karena belum tentu dapat beradaptasi dengan air baru. Sebab itu pada ember diberi kran. Itu untuk mempermudah saat membuang air dalam ember. “Diberikan pula EM4 atau probiotik,” kata Kak Agung Sedayu.
Beternak ikan Lele itu bila ada yang mati sedikit itu wajar. Namanya baru belajar budikdamber. Hasilnya dapat dikonsumsi sendiri. Jika hasilnya banyak, dapat kita berikan ke tetangga atau dijual. Budikdamber merupakan salah satu solusi dalam ketahanan pangan di masa sekarang ini.
Teks: Kak Fitri
Foto: Kak Yudhi