Program #PramukaDiRumah” pada 14 November 2020 dibuka dengan nyanyian dan petikan gitar merdu dari Kak Alfian Amura, purna Dewan Kerja Nasional dan mantan Chairman Scout Program di Asia Pacific Region (APR). Lagu yang dibawakan tidak asing lagi di telinga Pramuka, yaitu “Berkemah”. Usai menyanyi, Kak Alfian membagikan harapannya bagi Pramuka masa kini.
Kak Alfian berkisah, Pramuka atau Scout lahir dimulai dari golongan Penggalang, kemudian disusul dengan golongan Siaga, dan terakhir adalah Penegak-Pandega yang lahir bersamaan dengan terbitnya buku karangan Lord Baden-Powell berjudul “Rovering to Success” pada 1922. Buku tersebut adalah bacaan wajib dan pedoman bagi Pramuka Penegak maupun Pandega di seluruh dunia.
Kak Alfian juga bercerita bagaimana perbedaan Pramuka yang sekarang dengan Pramuka pada zaman beliau dulu. Perbedaan yang utama menurut Kak Alfian adalah dalam hal gadget dan semangatnya.
“Zaman saya dulu belum ada ponsel yang saat ini hampir semua orang punya. Selain itu, hampir tidak ada dana untuk mengadakan kegiatan kepramukaan, sehingga untuk mendanai kegiatan harus dipupayakan. Tak jarang didapatkan dari hasil menjual koran dan botol bekas,” cerita Kak Alfian.
Tentang semangat Pramuka saat ini, Kak Alfian menilai ada yang berkurang. Kak Alfian menekankan bahwa Penegak adalah saat untuk mencari tahu sendiri jati diri dan jangan menunggu disuapi saja. Kak Alfian juga menilai Penegak sekarang lebih mudah menyerah dalam keadaan.
“Lihatlah pada diri sendiri, jangan mengharapkan orang lain yang mendayung kano kita,” tegas Kak Alfian.
Mendayung kano yang dimaksud sama dengan apa yang ditulis oleh Lord Baden-Powell dalam buku “Rovering to Success”, bahwa Penegak harus mendayung sendiri kano masing-masing untuk melewati karang-karang yang berbahaya.
“Tidak perlu ada motivator, yang terpenting adalah sering bertanya pada diri sendiri untuk menggali jati diri seorang Penegak,” tambah Kak Alfian.
Kita boleh bermimpi untuk mengikuti kegiatan internasional. Akan tetapi jika hanya bermimpi tanpa usaha untuk mewujudkannya, itu berarti hanya halusinasi. Penting bagi Pramuka untuk tidak hanya bermain dalam sangkar saja. Kita harus bisa bergaul baik dalam kegiatan regional maupun dunia. Pramuka mengajarkan bahwa yang diukur dalam mencapai tujuan bukanlah hasil akhirnya, melainkan proses untuk mencapai tujuan itu.
Membuang rasa gengsi dalam diri saat ini adalah poin penting. Jika dalam otak kita sebagai Pramuka berpikir bahwa kegiatan di luar negeri mahal, maka selamanya akan menjadi mahal. Kenapa? Karena kita hanya membayangkan tanpa melakukan usaha. Salah satu usaha yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan mimpi mengikuti kegiatan kepramukaan di luar negeri adalah menabung.
Teks: Kak Isha