Wabah virus korona efeknya ke mana-mana, salah satunya perekonomian. Semua harus di rumah saja: belajar dan bekerja dari rumah. Hotel? Pasar? Tempat wisata? Masih banyak lagi yang terkena imbas buruk dengan kondisi sekarang.
Bagaimana dengan kita: Pramuka yang mencari nafkah dari wirausaha? Bagaimana keadaannya?
Raya Harijadi, contohnya. Kakak ini sejak 2015 mencari nafkah dari usaha konveksi perlengkapan Pramuka. Kak Raya yang berusia 42 tahun ini termasuk jadi korban situasi ini. Biasanya Kak Raya mendapat orderan dari kontingen yang akan mengikuti kegiatan kepramukaan. Tapi kegiatan kepramukaan tingkat nasional ditunda. Belum lagi latihan kepramukaan ditiadakan atau daring. Jadi kebutuhan perlengkapan Pramuka berkurang. Sedangkan yang berbisnis perlengkapan kepramukaan banyak.
“Perlengkapan Pramuka bukan kebutuhan primer melainkan hobi sehingga pendapatan turun drastis. Cash flow nol. Pegawai tak terbayar dan terpaksa harus dirumahkan semua. Belum lagi, utang ke bank tidak terbayar dan utang ke suplier juga tidak terbayar,” ungkapnya sedih.
Berbeda dengan Kak Raya, Kak Fitri Susilowati agak lebih baik karena usahanya tidak sampai colaps. Kakak yang juga Andalan Daerah Kwarda Kalimantan Timur ini memiliki usaha jasa Pelatihan EL & Provider Outbound. Karena bisnisnya ini berhubungan dengan banyak orang, fasilitas indoor & outdoor, membuat banyak event ini tertunda, bahkan ada yang membatalkan. Otomatis berdampak besar bagi bisnisnya.
Kak Fitri yang juga Pembina Pramuka di Universitas Mulawarman ini pun mencari solusi agar perusahaan yang dirintis tahun 2002 tetap hidup. Kakak ini terus belajar dan mencari inovasi baru.
“Saya tetap bersilaturahmi dan merawat jejaring yang sudah ada. Lalu upgrade jejaring melalui media online, update status dan belajar bisnis online. Juga tetap memperkenalkan manfaat bisnis saya buat masyarakat,” jelasnya.
Jadi Kak Fitri melakukan bisnis online agar tetap bertahan di masa pandemi. Jenis bisnisnya beda yang dijual. Dia berbisnis kuliner dan event online by IG. Kak Raya pun demikian, meski pemasukannya tidak seperti dulu.
Beda lagi dengan Kak Yeni Supartini (45 tahun). Sejak 2007 dia sudah berbisnis online untuk dagangannya: Siomay Perintis. Pada awal bisnis hanya satu karyawan kemudian karena usahanya makin berkembang karyawan ada 9 orang. Dan macam jualannya bertambah, ada dim sum dan otak-otak. Di masa pandemi ini Wakil Ketua DKD Jabar periode 1994 – 1998 juga merasa efeknya.
“Pesanan berkurang, seiring dengan imbauan untuk tidak mengadakan acara-acara yang melibatkan banyak orang,” aku Kak Yeni.
Kak Yeni pun berbagi trik bertahan bisnis di tengah pandemi. “Karena banyaknya orang yang WFH dan SFH, maka dibikinlah paket-paket untuk keluarga kecil: baik itu untuk konsumsi pribadi maupun untuk hantaran. Kami juga mengenalkan kembali produk dalam bentuk frozen. Kami juga mengemas barang yang akan dikirim pakai plastik tertutup untuk memastikan kalau virus corona tidak masuk ke makanan,” jelas Kak Yeni.
Beda jenis usaha, efeknya juga beda. Untuk menghidupkan usaha teman Pramuka, yuk kita order ke teman kita itu.
Teks: Fitri H.
Foto: Dok. pribadi