Salah satu cara menjaga kesehatan selama masa pandemi COVID-19 adalah dengan berolahraga. Bersepeda adalah salah satu olahraga yang diminati oleh masyarakat saat ini, begitu juga di kota Madiun.
Hal tersebut dimanfaatkan oleh Pramuka SMA Negeri 5 Madiun untuk merancang kegiatan Cycling, Sinau Sejarah, dan Aksi Sosial pada 3 Oktober 2020.
Kegiatan di atas merupakan salah satu pemenang dari kegiatan Workshop dan Lokakarya Kegiatan Ambalan dan Racana 2020 berbasis online yang diikuti 76 peserta.
Pada saat workshop peserta mempresentasikan proposal yang dibuat pada youtube. Ada 17 peserta yang mendapat bantuan sebesar 5 juta dari Kwarda Jatim. Salah satunya adalah, gudep 02.093-02.094 yang berpangkalan di SMAN 2 Madiun, Jawa Timur.
Peserta kegiatan Cycling, Sinau Sejarah, dan Aksi Sosial berasal dari perwakilan kwartir cabang, gugusdepan, ekstrakulikuler SMAN 5 Madiun, OSIS, guru, dan pembina.
Kegiatan ini juga ditinjau langsung oleh tim dari Kwarda Jawa Timur. Selama kegiatan berlangsung, peserta tetap menjalankan dan mematuhi protokol kesehatan. Peserta tetap memakai masker ketika mengendarai sepeda.
Pemberangkatan peserta Cycling, Sinau Sejarah, dan Aksi Sosial Cycling, dipimpin oleh Ketua Kwarcab Kota Madiun.
Pos pertama adalah Masjid Kuno Taman. Masjid ini dibangun oleh Kyai Ageng Misbach pada 1754 dan menjadi cagar budaya tahun 1981. Masjid ini merupakan tempat syiar agama Islam di wilayah Karesidenan Madiun pada masa itu.
Pos ke-2 adalah SMP Negeri 2 Madiun. Sekolah tersebut dulunya sebagai markas TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar) dan saksi peristiwa Mulyadi (pelajar) yang gugur setelah perlawanannya terhadap Pasukan Pesindo, pendukung PKI Muso.
Pos ke-3 adalah Rumah Tahanan Kecil di Kota Madiun yang dibangun sejak zaman Belanda. Tempat tersebut juga dulunya menjadi tempat penahanan Sutan Syahrir pada 1962.
Pos ke-4 adalah Monumen Tentara Genie Pelajar (TGP). Setelah peristiwa PKI 1948, TGP Madiun kembali berjuang dalan Agresi Militer Belanda II. Sebagai penghormatan dan mengenang perjuangan tentara pelajar, dibangunlah monumen tersebut.
Pos terakhir adalah patung Banteng yang dibuat pada tahun 1947 oleh Trijoto Abdullah. Awalnya, patung tersebut diletakan di Taman Makam Pahlawan, kemudian pada era Orde Baru dipindahkan ke kompleks Stadion Wilis. Perpindahan patung tersebut dianggap berkaitan dengan perubahan peta perpolitikan Indonesia saat Orde Baru.
Tidak hanya bersepeda dan belajar sejarah, peserta juga melakukan aksi sosial dengan membagikan masker gratis kepada pengguna jalan raya di daerah TGP dan Patung Banteng.
“Walaupun sedikit melelahkan, tapi tetap semangat,” ungkap Kak Andi Putra Satria selaku ketua pelaksana kegiatan tersebut. “Selain itu, peserta juga ceria dan semangat mengikuti kegiatan ini.”
Teks: Kak Isha
Foto: Dok. Pramuka SMAN 5 Madiun