Dalam rangkaian acara seremonial penyerahan bantuan paket Alat Pelindung Diri (APD) kepada Kwartir Daerah Gerakan Pramuka DKI Jakarta, Sekretaris Jenderal Kwartir Nasional Gerakan Pramuka selaku Komandan Satgas Pramuka Peduli Penanggulangan Covid-19 Nasional, Kak Bachtiar Utomo, menyampaikan pemaparan bertajuk “Anggota Pramuka Sebagai Duta Perubahan Perilaku”.
Mengawali pemaparannya, Kak Bachtiar mencuplik ungkapan Yoweri Kaguta Museveni, pria kelahiran tahun 1944, dan sudah menjadi Presiden Uganda sejak 29 Januari 1986 hingga saat ini.
“Ketahuilah, dunia saat ini dalam keadaan perang: perang tanpa senjata dan peluru, perang tanpa tentara manusia, perang tanpa batas, perang tanpa perjanjian gencatan senjata, perang tanpa medan tempur, tanpa melihat tempat suci”.
“Tentara dalam perang ini tanpa belas kasihan, tak punya “sisi baik” manusiawi, bersikap kejam, tidak menghormati anak-anak, wanita atau tempat ibadah. Tentara ini tidak tertarik pada rampasan perang. mereka tidak memiliki niat untuk mengganti rezim, tidak peduli dengan sumber daya alam di dalam bumi, tidak tertarik pada hegemoni agama, etnis atau ideologis. Ambisinya tidak ada hubungan dengan superioritas ras“.
“Tentara musuh kita ini adalah pasukan yang tak terlihat, cepat, dan efektif tanpa ampun. Agenda satu-satunya adalah panen kematian. Tentara itu hanya merasa puas setelah mengubah dunia menjadi satu daerah kematian besar. Kemampuannya untuk mencapai tujuannya tidak diragukan. Tanpa tank darat, mobil amfibi, dan tanpa pesawat, tentara musuh kita memiliki basis di hampir setiap negara di dunia. Gerakannya tidak diatur oleh konvensi atau protokol perang apa pun. Singkatnya tentara itu mengikuti aturan yang ia buat sendiri. Tentara musuh kita itu adalah virus corona atau Covid-19“.
Lalu, siapa yang bisa menyelamatkan diri kita? “Ya diri kita sendiri,” ujar Kak bachtiar.
“Jangan sok sakti. Mungkin kamu sakti, tapi orangtuamu belum tentu sakti. Bisa saja kita sebagai OTG (orang tanpa gejala) atau carrier (pembawa) virus, karena imun tubuh kita bagus. Tapi orang di rumah kita, belum tentu sebagus kita,” lanjutnya.
Lalu Kak Bachtiar menceritakan pengalamannya sebagai “alumni” Covid-19.
“Saat itu saturasi oksigen turun terus, paru-paru penuh lendir, darah jadi hitam pekat. Hingga saya diberi 2 kantong plasma darah, nafas melalui ventilaor, dan seluruh tubuh saya dipasangi peralatan medis,” ceritanya.
“Saya juga stress, dan itu itu membuat gula darah naik. Saya yang sebelumnya tidak punya riwayat diabetes, saat itu gula darah saya mencapai 400. Saya stress karena tidak bisa bertemu istri, cucu, anak, dan semua orang, kecuali diri saya sendiri,” tambah Kak Bachtiar.
Pengalaman itu menggambarkan bahwa virus corona sangat berbahaya. Siapa pun penderitanya akan sangat tersiksa.
Bagaimana agar tetap bugar, selain menerapkan protokol kesehatan? Kak Bachtiar menyampaikan beberapa tips.
“Tidur sehari minimal 7 jam, berolahraga secara rutin, berjemur di bawah sinar matahari, mengonsumsi makanan bergizi tapi tidak harus mahal paling tidak 4 sehat 5 sempurna, dan minum vitamin,” papar Kak Bachtiar.
Teks: Kak Fitri Hariyadiningsih
Foto: Kak Siswanto