PRAMUKA.ID – Tari Kecak biasanya kita jumpai saat berwisata ke Pulau Dewata di Bali, namun kali ini peserta Kemah Pramuka Madrasah Nasional (KPMN) 2024 di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta. Dapat menyaksikan kemampuan Kontingen Daerah Bali membawakan Tari Kecak, dalam acara Pentas Seni, Senin 18 November 2024.
Tari Kecak mengkisahkan Ramayana, tentang cinta, keberanian, dan kemenangan kebaikan diatas kejahatan. Kisah legenda Anoman saat membantu Ramayana dalam membebaskan Dewi Sinta dari cengkeraman Rahwana.
“Tadi Tari Kecak yang menceritakan Anoman menyelamatkan Dewi Sinta,” terang, Mumtaz Mayla Faiza pemeran Sinta dalam gelaran tersebut.
Menurut Mayla, Tari Kecak sengaja dibawakan karena tarian ini merupakan khas Bali yang menggabungkan drama dan tari
Para personil tari kecak ini mengaku tidak terlalu sulit dalam mempersiapkan aksinya, mereka hanya berlatih lima kali dalam waktu satu bulan.
“Tidak sulit, cuma latihan lima kali, dan sebelumnya pernah tampil juga,” kata Mayla
Rangkaian tari kecak ini sedikit unik karena para penari tetap mengenakan busana islami, namun tetap dibawakan dengan epik. Teriakan “cak, cak, cak,” sebagai ciri khas tari kecak, menggema di tengah para peserta KPMN) 2024, dan mendapatkan tepuk tangan meriah dari perwakilan seluruh Indonesia.
Kepala Bidang Pendidikan Islam, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali, Isyatir Rodiyah menyampaikan saat ditemui
“Bahwasannya ini adalah tarian khas Bali, tentu sudah mendunia, dan Bali menjadi destinasi wisata internasional, harapannya anak-anak mempelajari berbagai Seni tari termasuk Tari Kecak,” Terang Isyatir Rodiyah.
Kepala MAN 3 Jembrana, Agus Subagya yang terut menyaksikan penampilan Kontingen Daerah Bali menyampaikan dalam pagelaran tari Kecak. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian KPMN 2024, Kontingen Daerah Bali ingin mengenalkan kekayaan seni dan budaya Bali yang khas dan bersejarah kepada provinsi lain di Kemah Pramuka Madrasah Nasional (KPMN) 2024 Ini.
“Kami berharap kegiatan ini dapat memberikan pemahaman lebih dalam mengenai seni tradisional Bali serta kekayaan budaya yang harus kita lestarikan,” ungkap Agus Subagya
Selama pertunjukan, para peserta perkemahan sangat antusias dan banyak yang terdorong untuk berinteraksi dengan para penari, mencoba memahami makna dari setiap gerakan. Bagi banyak peserta perkemahan, ini adalah pengalaman pertama mereka menyaksikan tari Kecak secara langsung, sehingga menambah wawasan dan kecintaan mereka terhadap kebudayaan lokal Indonesia.
Pewarta: Anto (Kwarda Bali)
Editor: Harry (Pusdatin Kwarnas)