PRAMUKA.ID – Mencermati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka hasil Munas 2018 pasal 15 Sistem beregu ini disebutkan “Kegiatan Berkelompok, Bekerjasama, dan Berkompetensi. Sedangkan di dalam Anggaran Dasar WOSM pasal 3 disebut Team System. (Cukup singkat).
Pertanyaannya apakah perbedaan antara Sistem Beregu dan Kegiatan Berkelompok?
Dalam pengetahuan saya ada beberapa kelemahan atau ketidakcocokan dalam pemahaman, logika dan dalam rasa, ketika kita menggunakan istilah “Kegiatan berkelompok” dalam pendidikan kepramukaan. Silahkan didiskusikan dasar-dasar pendapat saya ini, melalui beberapa kajian di bawah ini:
– Dalam kajian sosiologis istilah kelompok atau disebut (group) itu, di dalamnya ada dua pengertian yakni: kelompok dalam (in group) dan ada kelompok luar (out group).
Kedua kelompok ini akan bersaing/berkompetisi secara tidak sehat. Sedangkan di dalam pendidikan kepramukaan in group dan out group seperti halnya terdapat pada organisasi politik, pada korporasi itu, tidak ada.
– Pengertian kelompok atau kegiatan berkelompok itu terlalu umum, karena ada jenis-jenis kelompok yang terbentuk begitu saja tanpa ikatan norma, bahkan tanpa ikatan aturan sama sekali.
Misalnya kelompok penonton pertandingan sepak bola. Kelompok pedagang cabai di pasar. Kelompok anak-anak pulang sekolah. Kalau saya katakan kelompok pengusaha masih ada berbagai macam jenis kelompok pengusaha di dalamnya. Ada kelompok pengusaha minyak, kelompok pengusaha kopi, kelompok pengusaha meubel, dan lain sebagainya. Tentu walaupun mereka berkelompok kegiatannya tidak satu tujuan dan tidak satu hati. Tidak seperti yang dimaksudkan dalam Gerakan Pramuka.
– Ada lagi yang disebut kerumunan (crowd) yang juga merupakan bagian dari pengertian kelompok. Kelompok model ini terjadinya secara spontanitas. Kelompok seperti ini kalau ada penyulutnya bisa menjadi kelompok liar.
Contoh kasus ketika ada seorang pencopet tertangkap, crowd ini bisa saja bertindak bengis, ikut-ikutan memukuli, meludahi, dan sebagainya bahkan bisa sampai membunuh (tanpa bertanya kenapa melakukan tindakan mencopet, apa karena lapar, apa baru pertama kali melakukan, atau memang sudah menjadi pekerjaannya mencopet, – langsung saja mereka bersama-sama ikut menghakimi).
Tiga hal dalam istilah “Kegiatan Berkelompok” tersebut, belum menunjukkan sebagai sebuah sistem atau sub sistem dari pendidikan.
Kegiatan berkelompok, bekerjasama, berkompetisi, menunjukkan suatu kegiatan yang sifatnya masih sangat umum, konotasinya bisa negatif dan bisa positif.
Ada kelompok pelajar, kelompok penolong korban bencana alam, tapi ada juga kelompok penjudi, kelompok perampok, mereka juga bekerjasama dan berkompetisi, dengan demikian istilah Kegiatan Berkelompok belum memiliki pemaknaan khusus.
Sistem Beregu, itu sebuah phrase yang sudah mengandung pengertian sistem sekumpulan orang dalam suatu kelompok yang teratur, dalam satuan terkecil, yang bekerja sama, saling bahu-membahu, belajar memimpin dan belajar dipimpin.
Pengertian sistem itu ada komponen sistem, aturan sistem, dan tujuan sistem, sehingga tanpa ditulis bekerjasama, dan berkompetisi, di dalamnya sudah tercakup pengertian-pengertian tersebut.
Pengertian Regu dalam bahasa Inggris disebut dengan team. Dalam sistem ini sudah terkandung unsur keteraturan, kedisiplinan.
Kata berkompetisi sudah dapat masuk dalam pengertian dan aturan sistem beregu tersebut, mengingat Pendidikan Kepramukaan ini merupakan pendidikan karakter, kebangsaan, dan kecakapan, sehingga di dalam makna sistem beregu inilah sudah termuat pengertian berkompetisi.
Sedangkan kata kelompok dalam Bahasa Inggris disebut group bahkan bisa disebut dengan crowd (kerumunan), sehingga di situ belum ada unsur yang pasti tentang makna keteraturan. Padahal di dalam pendidikan kepramukaan harus ada unsur keteraturan di dalamnya.
Masih mujur, bahwa di dalam AD Gerakan Pramuka pasal 31 tersebut menyebutkan “Kegiatan Berkelompok, ditambahkan dengan kata bekerjasama, dan berkompetisi, sehingga bisa menyelamatkan pengertian Kegiatan berkelompok, Bekerjasama, dan Berkompetisi tersebut, walaupun makna keteraturan dan kedisilinan belum termuat atau belum ter-rakit dalam kalimat tersebut.
Istilah “Sistem Beregu” ini bukan berarti hanya miliknya pasukan penggalang saja, sehingga ketika digunakan untuk Pramuka Siaga menjadi “Sistem Berbarung”, ketika untuk Penegak menjadi “Sistem Bersangga”, ketika digunakan oleh Pandega menjadi “Sitem ber-Reka”; bukan seperti itu. Ini penafsiran yang salah besar.
Kata Regu ini sudah lama digunakan dalam istilah ketentaraan, yang di dalamnya ada jiwa korsa, tolong-menolong, bahkan lebih dari itu yakni saking kuatnya kata regu dalam perjuangan kemerdekaan sampai ada digunakan istilah sehidup-semati.
Barangkali ada pertanyaan kenapa kelomok kecil dalam penggalang disebut “Regu” sedang kelomok dalam Siaga, Penegak, dan Pandega namanya ada sendiri dan tidak menggunakan keta Regu? (Ini perlu dijelaskan khusus dalam Kiasan Dasar atau Symbolic framework).
Kata berkompetisi itu dalam kata sistem beregu sudah tersirat dalamnya sebab kata sistem sendiri merupakan suatu kesatuan dari berbagai komponen untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi di dalam sistem ada komponen sistem, aturan sistem, dan tujuan sistem, sehingga dengan menambah kata Sistem pada kata beregu artinya justru lebih luas, lebih dalam dan lebih nyata/tegas dibandingkan dengan “Kegiatan berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi.
Kompetisi dalam kelompok dan kompetisi dalam regu tentu bisa bermakna sama namun juga bisa memiliki makna berbeda. Dalam satu kelompok masih ada kelompok kecil lainnya, sedangkan dalam satu regu adalah merupakan satuan terkecil, sehingga di dalamnya sudah tidak ada regu lainnya lagi.
Pertanyaannya bagaimana dengan kata kompetisi dalam kalimat “Kegiatan Berkelompok?” Apakah kompetisi tersebut akan sepadan dengan berlomba atau Match – Game – Contest?
Kalau rivalry itu ujung-ujungnya si pemenangnya akan mengambil semuanya (The Winner takes all), dan yang kalah kehilangan segalanya (The loser loses everything). Kompetisi seperti ini adalah kompetisi dalam masyarakat kapitalis. Kompetisi seperti ini tentu tidak kita harapkan, bahkan bertentangan dengan pendidikan kepramukaan.
Dalam kegiatan kepramukaan yang keseluruhan proses kegiatannya dipandu melalui pengembangan kecerdasan spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik/kinestetik, maka makna kompetisi kita adalah “berlomba-lomba dalam kebaikan”.
Inilah perlunya dalam pandangan saya, sebaiknya kita kembali kepada para pendahulu kita yakni menggunakan Sistem Beregu, sebagai metode kepramukaan, dari pada kita menggunakan istilah Kegiatan berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi yang rancuh pemaknaannya.
Bagaimana pendapat teman-teman? Sebentar lagi Munas kita mau menyusun AD & ART baru.
***
Tentang Penulis:
*) Joko Mursitho (Wakil Ketua Komisi Perencanaan dan Pengembangan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka)