Kak Nurman Atmasulistya bin Atma meninggal dunia. Beliau memang sudah cukup lama sakit, dan Sabtu menjelang tengah malam, Kak Nurman berpulang di RS Persahabatan, Jakarta Timur.
Bagi mereka yang aktif di Gerakan Pramuka, khususnya yang terkait dengan bidang hubungan masyarakat (Humas), nama Kak Nurman sudah tak asing lagi. Beliau berpuluh tahun menjadi Kepala Biro Humas Kwarnas. Hampir semua wartawan media cetak, televisi, dan radio yang sering meliput kegiatan kepramukaan tingkat nasional di era 1970-an sampai 1990-an, mengenal nama Kak Nurman.
Kedekatan Kak Nurman dengan wartawan, bahkan bukan hanya saat bertugas di acara-acara penting kepramukaan nasional. Misalnya di acara Hari Pramuka, Jambore Nasional, dan sebagainya. Namun, tak jarang pula dengan izin Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka, mulai dari zaman Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku Ketua Kwarnas pertama sampai zaman Kak Rivai Harahap, Kak Nurman mengajak wartawan untuk melakukan semacam “tour”, mengunjungi satu atau lebih kegiatan kepramukaan bersama-sama. Terlebih lagi ketika Kwarnas mendapat bantuan mobil “camper van” pada 1980-an, yang bisa digunakan untuk membawa orang, sekaligus untuk menginap di dalamnya.
Kak Nurman juga mungkin satu dari sedikit orang yang berani memanggil Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan sebutan Kak Sultan. Kedekatan beliau dengan Bapak Pramuka Indonesia itu, juga sudah sejak lama. Bahkan di awal masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku Ketua Kwarnas 1961-1974, Kak Nurman adalah satu satu orang dekat yang bertugas di kesekretariatan Kwarnas.
Bagi saya pribadi, perkenalan dengan Kak Nurman dimulai ketika masa saya menjadi Pramuka Penggalang di awal 1970-an. Gugusdepan saya, Jakarta Timur 1131, lokasinya berada di SD Kwitang III PSKD. Hanya berseberangan jalan dengan Gugusdepan Jakarta Timur 149 yang berlokasi di sebuah SMP Negeri. Gugusdepan Jakarta Timur 149 itu dipimpin oleh Kak Nurman selaku Pembina Gudep-nya.
Gudep saya dan Gudep yang dipimpin Kak Nurman sering mengadakan kegiatan bersama. Maka, tentu saja saya mulai mengenal Kak Nurman. Perkenalan yang terus berlanjut ketika saya mulai aktif menulis di media massa cetak.
Ketika berlangsungnya Perkemahan Wirakarya (PW) Asia-Pacific I Tahun 1978 di Lebakharjo, Malang, Jawa Timur, saya menjadi Ketua Kontingen Cabang Jakarta Timur. Selain itu, saya yang mulai menulis di rubrik Pramuka pada Harian Berita Buana, sempat ditemui Kak Dharnoto, wartawan suratkabar tersebut. Beliau meminta saya menulis berbagai hal tentang PW Aspac itu. Maka, Kak Nurman juga menjadi salah satu orang yang saya datangi, untuk meminta informasi bagi tulisan-tulisan saya di Berita Buana.
Selanjutnya, saya juga menulis di Mingguan Mutiara sebagai Pembantu Berita pada awal 1980-an. Saat ini pun, saya sering mendatangi gedung Kwarnas di Jalan Medan Merdeka Timur No.6, Jakarta Pusat, untuk mencari informasi tentang kepramukaan kepada Kak Nurman. Gedung Kwarnas saat itu masih gedung lama, dan saya ingat ruang Humas terletak di bagian depan di pojok kiri dari arah masuk gedung tersebut.
Bahkan sebagai wartawan, saya pernah diajak Kak Nurman meliput pelaksanaan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka di Samarinda, pada tahun 1983. Bersama beberapa wartawan lain, kami naik pesawat Hercules C-130 dari Lapangan Udara TNI-AU Halim Perdanakusumah ke Kalimantan Timur.
Karier saya sebagai wartawan berlanjut ketika menjadi wartawan tetap di Harian Umum Sinar Harapan, yang kemudian setelah di-breidel, berganti nama menjadi Suara Pembaruan. Bidang liputan saya di desk pendidikan dan kebudayaan, menyebabkan saya semakin sering berjumpa dengan Kak Nurman untuk liputan kepramukaan. Apalagi saya juga makin aktif di kegiatan kepramukaan, baik dalam kapasitas sebagai anggota Dewan Kerja, anggota Sangga Kerja yang membantu kegiatan Dewan Kerja Nasional, dan kemudian setelah menjadi Pembina Pramuka.
Beberapa kali saya memenangkan Lomba Jurnalistik Kepramukaan Tingkat Nasional. Suatu lomba penulisan untuk para wartawan yang digagas Kak Nurman, dan setelah disetujui Kak Mashudi selaku Ketua Kwarnas saat itu, mulai dilaksanakan sejak 1986. Lomba yang diadakan setiap dua tahun sekali, dinilai oleh dewan juri para wartawan senior dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Kwarnas.
Saya pernah meraih penghargaan pemenang harapan dan ketiga (kalau tidak salah ingat) pada lomba yang diadakan pada 1986 dan 1988. Bahkan dua kali berturut-turut, saya memenangkan sebagai Juara I atau Hadiah Terbaik pada lomba yang diadakan di tahun 1990 dan 1992. Setelah itu, saya diminta tidak lagi ikut lomba, tetapi bergabung menjadi juri.
Di semua lomba ini, Kak Nurman tampak aktif memfasilitasinya. Bahkan atas usahanya pula, hadiah Juara I lomba diserahkan oleh Presiden RI saat itu, yaitu Presiden Soeharto, pada upacara Hari Pramuka.
Di luar itu, Kak Nurman juga aktif membina hubungan baik dengan TVRI dan RRI. Itulah sebabnya, pada masa Kak Nurman menjadi Ketua Biro Humas Kwarnas, ada acara tetap kepramukaan seminggu atau sebulan sekali di TVRI dan RRI. Bahkan saya masih ingat, di RRI pengasuhnya adalah Kak Ramadhan yang akrab dipanggil Kak Ram. Beliau selain penyiar, juga musisi serba bisa yang memainkan beberapa alat musik seorang diri. Gitar di tangan, harmonica di mulut, dan tabuhan drum di kaki, dimainkan bersama. Kak Nurman juga ikut mengarahkan kakak dan adik Pramuka yang bermusik bersama Kak Ram.
Kak Nurman memang memahami musik. Bahkan di tangannya, lagu-lagu kepramukaan dari berbagai musisi, termasuk lagu-lagu kepramukaan karya Kak H. Mutahar, sang pencipta Hymne Pramuka, dihimpun. Setiap ada Jambore Nasional sejak 1981 sampai paling tidak 1996, selalu diterbitkan kaset kumpulan lagu-lagu kepramukaan yang digagas oleh Kak Nurman.
Kak Nurman juga menggagas terbitnya dua buku sejarah kepramukaan menyambut Hari Pramuka ke-25 pada 1986 dan 75 tahun gerakan kepanduan di Indonesia pada 1987. Buku berjudul “Patah Tumbuh Hilang Berganti” itu, akhirnya menjadi acuan untuk penulisan sejarah kepramukaan berikutnya. Walaupun dalam buku itu masih terdapat sejumlah kesalahan dan kekurangcermatan informasi, tetapi paling tidak buku itu dapat menjadi dasar dokumentasi sejarah kepramukaan di Indonesia.
Kak Nurman memang pramuka sejati. Bersama empat saudaranya yang semuanya juga Pelatih Pembina Pramuka, termasuk Kak Endy Atmasulistya yang pernah menjadi Wakil Ketua Kwarnas, Kak Nurman mengabdikan diri sepenuhnya kepada Gerakan Pramuka. Selamat jalan Kak Nurman, jasa kakak bagi Gerakan Pramuka tetap akan kami kenang.
***
Tentang Penulis:
*) Berthold Sinaulan, Wakil Ketua Kwarnas/Ketua Komisi Kehumasan dan Informatika
Foto: Andi Widjanarko