PRAMUKA.ID — Upaya pelestarian lingkungan menjadi tugas bagi seluruh masyarakat yang berinteraksi dengan lingkungan termasuk siswa atau pelajar. Mengembangkan kesadaran dan sikap positif terhadap lingkungan perlu ditanamkan sejak usia remaja. Hal ini dikarenakan usia remaja sangat sensitif terhadap masalah lingkungan (Kukreti dan Gihar, 2004).
Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Kesadaran lingkungan mendorong siswa atau pelajar lebih mempertimbangkan implikasi suatu perilaku terhadap lingkungannya (Darsita et al., 2015).
Kesadaran lingkungan adalah keadaan tergugahnya jiwa atau mengetahui sesuatu secara mendalam terkait lingkungan hidup dan dapat tercermin melalui perilaku dan tindakan setiap individu (Neolaka, 2008).
Kesadaran lingkungan yang tinggi kemungkinan besar akan mendorong seseorang berperilaku positif yang mendukung kelestarian lingkungan hidup (Wihardjo et al., 2017).
Menciptakan kesadaran lingkungan memerlukan adanya pengetahuan sebelumnya tentang lingkungan yang telah diperoleh baik secara mandiri maupun dari proses belajar. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan tentang pencemaran dapat berpengaruh terhadap berpikir kritis sehingga siswa lebih terdorong menyelesaikan permasalahan lingkungan (Izzaty, 2014). Adanya pengetahuan yang diperoleh dapat menjadikan siswa berwawasan lingkungan hidup, sehingga tercipta pemecahan masalah solutif (Vivanti et al., 2017).
Pendidikan membantu seseorang untuk menjadi rasional, memiliki kesadaran dan menjadi lebih akrab dengan informasi yang mendukung tentang kesadaran lingkungan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka seseorang tersebut lebih sadar tentang aspek kesadaran lingkungan.
Kesadaran lingkungan juga dipengaruhi oleh perbedaan rentang usia, sebab seseorang yang memiliki usia yang lebih tua kemungkinan memiliki kesadaran lingkungan lebih tinggi. Faktor perbedaan jenis kelamin juga memiliki pengaruh terhadap kesadaran lingkungan disebabkan perempuan cenderung lebih banyak tanggung jawab atas manajemen harian yang berkaitan dengan penggunaan air, bahan kimia di dalam rumah tangga, dan mengenai pembuangan limbah padat.
Lalu tempat tinggal juga dapat menentukan tingkat kesadaran lingkungan. Perkotaan sebagai wilayah ekonomi memiliki keragaman pengunjung dari seluruh daerah. Individu yang tinggal dikota memiliki paparan pandangan yang luas. Selain itu di wilayah perkotaan mendapatkan fasilitas lebih baik , seperti standar hidup tinggi, kesempatan pendidikan, penggunaan teknologi modern, pameran, seminar, dan festival. (Ziadat, 2010; Sarker et al., 2018).
Salah satu Organisasi yang menyelenggarakan pendidikan nonformal di Indonesia yaitu Gerakan Pramuka. Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan.
Tujuan didirikannya Gerakan Pramuka untuk membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup.
Pendidikan kepramukaan merupakan salah satu pendidikan nonformal yang menjadi wadah pengembangan potensi diri serta memiliki akhlak mulia, pengendalian diri, dan kecakapan hidup untuk melahirkan kader penerus perjuangan bangsa dan negara.
Di samping itu, pendidikan kepramukaan yang diselenggarakan oleh organisasi gerakan pramuka merupakan wadah pemenuhan hak warga negara untuk berserikat dan mendapatkan pendidikan sebagaimana tercantum dalam Pasal 28, Pasal 28C, dan Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Organisasi ini memiliki 25.272.760 anggota pada tahun 2020 yang tersebar di 34 Provinsi di Indonesia. Sebagai upayanya dalam melestarikan Lingkungan Hidup sesuai dengan tujuan didirikannya Gerakan Pramuka, Gerakan Pramuka mendirikan Satuan Karya.
Satuan Karya atau lebih disebut Saka merupakan organisasi pendukung pendidikan kepramukaan bagi pramuka penegak dan pandega yang berusia 16-25 tahun. Saka merupakan satuan organisasi bagi peserta didik untuk pembinaan, peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang tertentu serta melakukan kegiatan nyata sebagai pengabdian kepada masyarakat. Salah satu bidang yang ada pada Saka yaitu bidang lingkungan hidup yang dipelopori oleh Saka Kalpataru.
Saka Kalpataru merupakan Satuan Karya Pramuka tempat meningkatkan pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kecakapan, kepemimpinan Pramuka Penegak dan Pandega serta wadah untuk menanamkan kepedulian dan rasa tanggungjawab dalam mengelola, menjaga, mempertahankan dan melestarikan lingkungan untuk keberlanjutan generasi sekarang dan mendatang.
Dalam setiap Saka yang ada di Pramuka memiliki beberapa krida yang merupakan satuan kecil yang merupakan bagian dari Saka sebagai wadah kegiatan keterampilan tertentu, yang merupakan bagian dari kegiatan dan beranggotakan maksimal 10 (sepuluh) orang.
Saka Kalpataru memiliki 3 Krida yaitu Krida 3R (Reduce, Reuse, Recycle), Krida Perubahan Iklim dan Krida Konservasi Keanekaragaman Hayati.
Salah satu bentuk kegiatan Pramuka dalam upaya menjaga lingkungan hidup dengan berbagai pendidikan dan pelatihan yaitu pelatihan pengelolaan sampah tepat guna melalui eco enzyme yang dilaksanakan oleh Saka Kalpataru Kwartir Daerah Jawa Tengah pada 24 Agustus kemarin di Kabupaten Semarang.
Eco enzyme adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air. Eco Enzyme ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong yang merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik di Thailand.
Gagasan proyek ini untuk mengolah enzim yang ada pada sampah organik yang biasanya dibuang ke dalam tong sampah sebagai pembersih organik. Selain pelatihan pembuatan eco enzyme, Saka Kalpataru Kwarda Jawa Tengah juga melaksanakan pelatihan yang lain pada hari yang sama yaitu pelatihan sampah dengan bantuan maggot BSF.
Melalui pelatihan yang diselenggarakan oleh Pramuka dari Saka Kalpataru mengenai permasalahan lingkungan dapat membantu dan melatih seseorang untuk menjadi rasional, memiliki kesadaran dan menjadi lebih akrab dengan informasi yang mendukung tentang kesadaran lingkungan apalagi kegiatan ini diikuti oleh para remaja menjelang dewasa.
Seseorang yang memiliki usia yang lebih tua kemungkinan memiliki kesadaran lingkungan lebih tinggi dan semakin tinggi tingkat pendidikan, maka seseorang tersebut lebih sadar tentang aspek kesadaran lingkungan.
Daftar Pustaka
- Darsita, Y., Saam, Z., Amin, B., & Siregar, Y.I. (2015). Kesadaran Lingkungan Siswa Sekolah Adiwiyata. Dinamika Lingkungan Indonesia, 2(1), 61-64.
- https://zerowaste.id/zero-waste-lifestyle/eco-enzyme/
- https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2010_12.pdf
- https://pramuka.or.id/
- Izzaty, A. M. (2014). The Effect of Students’ Knowledge about Environmental Pollution (High Knowledge Vs Low Knowledge) to Critical Thinking. BIOSFER, VII(2), 1–3.
- Kukreti, B. R., dan Gihar, S. (2004). Effect of Video Intervention Strategy on the Environmental Attitude of Secondary Students. Psycholingua, 34(1), 17-22.
- Munawar, Syella. (2019). Hubungan Pengetahuan Lingkungan hIdup Dengan Kesadaran Lingkungan Pada Siswa Sekolah Adiwiyata. Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta : Jakarta
- Neolaka, Amos. (2008). Kesadaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.
- Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
- Wihardjo, S. D., Hartati, S., Nurani, Y., & Sujarwata, A. (2017). The Effects of Green Schooling Knowledge Level and Intensity of Parental Guidance on the Environmental Awareness of The Early Age Student. Educational Research and Reviews, 12(5), 251–257.
- Vivanti, D. S., Ernawati, & Qibtiyah, M. (2017). Hubungan Pengetahuan
Lingkungan Hidup dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Pencemaran Lingkungan pada Siswa SMAN 6 Tangerang. BIOSFER, 10(2), 1–6. - Ziadat, A H. (2010). Major Factors Contributing to Environmental Awareness among People in a Third World Country/Jordan. Environment, Development and Sustainability, 12(1), 135-145.