PRAMUKA.ID – Belém, Brasil — November 2025 – Di tengah ramainya Konferensi Para Pihak atau COP30, sidang perubahan iklim terbesar di bawah mekanisme Perserikatan Bangsa-Bangsa, sebuah cerita menarik hadir dari partisipasi seorang Pelatih Pramuka asal Indonesia, Ari Wijanarko Adipratomo.
Hadir sebagai Delegasi Resmi Republik Indonesia, Kak Ari membawa semangat kepanduan dan pengalaman pribadi yang panjang—mulai dari peran sebagai Purna Dewan Kerja Nasional hingga mantan Andalan Nasional Hubungan Luar Negeri—ke forum global yang mempertemukan pemuda dan pemimpin dunia dalam isu perubahan iklim.
Suara Indonesia di Forum Dunia
Salah satu kegiatan yang paling mendapat perhatian dalam agenda COP adalah sesi “Voices from Indonesia”. Sesi ini mempertemukan perspektif Indonesia dengan jejaring kepanduan dunia dan masyarakat sipil.
Kegiatan tersebut berlangsung di Amazon Climate Hub, disiarkan secara sering dan dihadiri lebih dari 100 delegasi, unsur pemuda dan masyarakar adat. Topik dialog yang dikelilingi diskusi tentang hutan Amazon, masyarakat adat, dan masa depan bumi.
Dalam kesempatan itu, Kak Ari berkolaborasi dengan World Organization of the Scout Movement (WOSM), menghadirkan dua pembicara dari unsur peserta didik yang menjabat sebagai Regional Youth Representatives Inter-America — posisi setara dengan Dewan Kerja Penegak dan Pandega Regional kawasan tersebut.
Mereka adalah Pedro Jesús dari Brasil dan Isaura Rodríguez dari Meksiko. Keduanya berbagi cerita tentang lingkungan, identitas budaya, dan peran pemuda dalam melindungi alam.
Sesi ini juga dihadiri oleh Hannah McCartney, staf WOSM dari Inggris, serta Joaquín Parafita, World Youth Representative bidang Pendidikan alias Dewan Kerja Dunia dari Uruguay. Kehadiran mereka memperkaya diskusi dengan sudut pandang global mengenai kepanduan sebagai gerakan pembentukan karakter yang relevan menghadapi krisis iklim.
Dalam ruang itu, cerita-cerita Indonesia tentang pesisir, masyarakat adat, dan komunitas muda dibawakan oleh Kak Ari secara pribadi, menunjukkan bagaimana nilai kepanduan dapat hadir dalam dialog iklim dunia.
Belajar Bersama di Praça da República
Di luar agenda resmi COP, suasana sangat berbeda terasa di Praça da República, tempat kegiatan pendidikan kepanduan Brasil berlangsung terbuka.
Sekitar 150 anggota kepanduan Brasil, dari tingkat Siaga hingga Pelatih, mengikuti kegiatan ini. Mereka berdiskusi melalui permainan, refleksi, dan aktivitas kreatif seputar disinformasi iklim, keadilan lingkungan, dan kekayaan budaya Amazon.
Dalam kegiatan tersebut, Kak Ari memperkenalkan pendekatan badge kecakapan edukasi iklim yang dikembangkan bersama Climate Reality Indonesia bernama “Climate Hero”. Pendekatan ini mengajak anak-anak memahami isu iklim melalui cerita, aksi kecil sehari-hari, dan nilai kepanduan.
Anak-anak Brasil terlihat antusias mengikuti tantangan badge Climate Hero, sementara para pembina mengapresiasi metode yang sederhana tetapi efektif untuk usia dini.
Sebagai bentuk penghormatan, Kak Ari hadir menggunakan atribut kepanduan secara pribadi, menegaskan identitasnya sebagai bagian dari keluarga besar gerakan ini.
Pertemuan dengan Menteri Lingkungan Hidup
Di sela rangkaian COP30, Kak Ari juga bertemu Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia. Dalam kesempatan singkat tersebut, ia menyerahkan Visual Coaching Tool serta buku “Through the Lens: Stories of Climate and Sustainability” sebagai kontribusi pribadi dari kerja-kerja edukasi yang ia jalankan dalam kapasitas sebagai anggota sekretariat The Climate Reality Project Indonesia bersama masyarakat sipil.
Pertemuan ini menunjukkan bahwa kontribusi individu dalam ruang global dapat bersanding harmonis dengan upaya resmi negara.
Kisah perjalanan Kak Ari di COP30 menjadi contoh bagaimana anggota Pramuka — dalam kapasitas pribadi — dapat membawa nilai-nilai gerakan ini ke forum internasional. Kolaborasinya dengan WOSM, dialog bersama pemuda dunia, serta keterlibatannya dalam kegiatan kepanduan Brasil, memberi warna baru bagi diplomasi pemuda Indonesia.
Dari ruang negosiasi hingga ruang publik, dari sesi formal hingga kegiatan bermain anak-anak, spirit kepanduan tetap melekat dan terus menghidupi proses belajar bersama lintas negara.



















