Sebar manfaat
Sebar ilmu
Sebar misi
Sebar semangat
Lewat Sioux Indonesia
Lima baris kalimat di atas itu melengkapi video berdurasi pendek (reels) yang diposting Aji Rachmat dari Banjarmasin di halaman Facebook-nya pada 11 Februari 2023.
“Niatnya melakukan pelatihan adalah ibadah untuk menyebar ilmu yang bermanfaat melalui Yayasan Sioux Ular Indonesia,” tulis Aji Rachmat, ketua Yayasan.
Memang, pada 11-12 Februari itu, Yayasan Sioux melakukan pelatihan bagi relawan dari beberapa kota di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah di Banjarmasin.
Reels itu adalah postingan terakhir dari Aji yang menjadi pelatih. Pada sore, hari terakhir, dia digigit ular king kobra saat memberi pelatihan kepada relawan.
Dia dibawa ke RSUD Ulin Banjarmasin dan malam harinya sudah tak sadar karena rumah sakit tidak memiliki serum anti bisa ular.
Keesokan harinya, serum diberangkatkan dari Kementrian Kesehatan di Jakarta. Namun pada 14 Februari 2023 pukul 01.32 WITA, Aji Rachmat wafat dan dimakamkan di Pemakakan Suci Suren, Triganggo, Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Innalillahi wa innalillahi rajiun.
Yayasan Sioux Indonesia adalah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan masyarakat terhadap ular.
Yayasan berharap agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam mencegah kepunahan ular.
“Bumi memerlukan ular untuk menjaga kelestariannya. Ular merupakan predator terbaik dalam rantai makanan di alam yang memakan dan mengendalikan pertumbuhan tikus,” kata Aji Rachmat yang lulus dari Jurusan Teknik Elektro, Universitas Gadjah Mada pada 2001.
Menurut Aji, ular merupakan satwa liar yang memiliki habitat paling dekat dengan manusia.
Sayangnya, manusia membangun rumah dan pemukiman di daerah yang tadinya menjadi habitat ular.
Sangat wajar jika terkadang ada ular yang mendekat pemukiman warga.
“Masyarakat tidak perlu berpikiran negatif atau mistis jika melihat ular,” ujar Aji yang selalu memberikan tip cara menghadapi ular.
Yayasan Sioux memberikan nomor kontak relawannya yang siap sedia menangkap ular yang masuk ke rumah warga.
Yayasan Sioux Indonesia yang non-profit ini mengadakan lokakarya di berbagai daerah di Tanah Air. Mereka mendidik pramuka dan masyarakat agar berubah pandangan negatifnya tentang ular.
Mereka merekrut relawan (disebut sebagai muscle Sioux atau otot dari Sioux) di berbagai daerah. Sampai saat ini ada 400 Muscles Sioux di seluruh Indonesia, dimana paling banyak berada di wilayah Jabodetabek dan Yogyakarta.
Sioux Indonesia didirikan pada 23 November 2003 di Gedung Kwartir Nasional Pramuka, kawasan Gambir, Jakarta Pusat. Pendirinya adalah Aji Rachmat Purwanto, Edwin Firdiansyah, Irwan Febriansyah dan Lydia.
Pada 2010, menjadi Yayasan Sioux Ular Indonesia dimana Aji Rachmat sebagai ketua dewan pengurus. Sejak menjadi pengurus Dewan Kerja Penegak dan Pandega Kwarcab (DKC) Yogyakarta dan anggota Saka Wanabakti, Aji Rachmat sering mengikuti kegiatan lingkungan hidup.
Bersama rekan-rekannya, mereka membentuk kelompok pramuka ular dengan nama Natrix Scout.
“Banyak aktivitasnya dilakukan di Bumi Perkemahan Taman Tunas Wiguna Babarsari,” kata Kak Bambang Sasongko, Andalan Daerah Kwartir Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Setelah itu, Aji menjadi pengurus di DKD Yogyakarta dan Dewan Kerja Nasional Pramuka Penegak dan Pandega (DKN).
Sejak sekolah dasar dan menengah, Aji Rachmat (yang lahir pada 17 Juni 1977) menjadi pramuka siaga dan penggalang. Ketika menjadi siswa di SMA Negeri 3, Yogyakarta, dia aktif sebagai pramuka penegak di Ambalan Padmanaba.
Salah seorang pembinanya adalah Kak drh. Sri Budoyo, mantan pengurus DKD dan kini menjadi Sekretaris I Kwarda DIY.
Ayah Aji adalah Kak Suharsono, biasa dipanggil Kak Harsono Kancil yang tahun 1970-an, sebagai pengurus DKC Gunung Kidul dan pernah menjadi peserta Perkemahan Wirakarya Nasional di Cihideung.
Sosialisasi di rumah dan kepramukaan yang diterima Aji menempanya sebagai sosok remaja dan pemuda yang memegang teguh Dasa Darma. Dia lulus sebagai mahasiswa Teknik Elektro UGM.
Pada saat menjadi anggota DKN, Aji dipercaya sebagai Bupati Raimuna Nasional tahun 2003 di Prambanan, Yogyakarta. Kegiatan ini diikuti ribuan pramuka penegak dan pandega utusan Kwarda di seluruh Indonesia.
Selepas dari kuliah dan peserta didik pramuka, Aji Rachmat tidak melamar sebagai pegawai negeri sipil atau perusahaan swasta.
Dia malah mendirikan LareAngon Indonesia pada 10 Februari 2005. Perusahaan ini adalah event organization (EO) kegiatan di alam terbuka dan petualangan.
“Hingga hari ini, LareAngon masih berproses membangun pondasi manajemen yg lebih baik dengan modal awal nol rupiah dulu,” tulis Aji Rachmat dalam laman Facebook-nya pada 10 Februari 2023.
Aji menjelaskan bahwa LareAngon dilahirkan menjadi perusahaan penyelenggara jasa event yang profesional sembari menjelajah Indonesia.
Memang, setelah itu LareAngon mengadakan Festival Petualang Nusantara (FPN) yang pertama di Kaliadem, Lereng Merapi, Yogyakarta pada 2010.
Tahun kedua, FPN diselenggarakan di Coban Rondo, Batu, Malang, dan terakhir FPN diselenggarakan di Baturaden Jawa Tengah pada 2013.
Pada 15-17 Agustus 2015, “Festival Petualang Nusantara #4″ diadakan di kawasan wisata Pantai Guci Batu Kapal Kalianda dan Anak Gunung Krakatau, Lampung. Kegiatan ini disponsori Kementrian Pariwisata.
Penyelenggaraan Festival Petualang Nusantara ini dilakukan mengikuti model kegiatan pramuka yaitu Raimuna Nasional. Para peserta tidur di perkemahan dan melakukan kegiatan di alam terbuka secara berkelompok dan individu.
Selain di LareAngon, Aji Rachmat dan beberapa kawannya terus melakukan kegiatan untuk melindungi ular. Pada tahun 2013, mereka mendirikan Yayasan Sioux Indonesia.
Aji Rachmat juga mengelola Alas Watu Lumbung Campsite dan Albolabris Shop. Pada 2007-2009, Aji Rachmat menjadi Kepala Badan Usaha Produk Pramuka (SsoutShop), Kwartir Nasional Pramuka. Setelah itu menjadi Direktur Produksi PT Molino Pramuka Kwarnas di Jakarta.
Di Kwartir Daerah Yogyakarta, Aji Rachmat menjadi Andalan Daerah urusan Pembinaan Anggota Muda sejak 2018 hingga saat ini.
“Kak Aji adalah sosok Pramuka Banget, yang cinta pada alam dan suka berkegiatan di alam, khususnya senang dan bersahabat dengan ular. Beliau itu Andalan Kwarda yang luar biasa, sangat aktif dan banyak inovasinya. Semoga perjalanan beliau ke rumah Tuhan diringankan dan dilancarkan,” ujar Ketua Kwarda DI Yogyakarta, Kak GKR Mangkubumi.
Ketika mendapat kabar musibah yang dialami Aji Rachmat di Banjarmasin, Kak Mangkubumi langsung memfasilitasi keberangkatan istri almarhum ke Banjarmasin. Beliau juga mengontak Kwarda Kalimantan Selatan untuk meminta bantuan.
Kak Bambang Sasongko menilai almarhum Aji Rachmat adalah sosok yang memiliki jiwa petualangan, penyayang hewan dan berkompeten, serta punya jiwa wirausaha yang tinggi.
“Dia jago membaca peluang dan menjadi motivator bagi teman-teman sebayanya. Selain itu dia santun dan unggah-ungguh dengan senior,” ujar Kak Bambang, senior-nya di DKD Yogyakarta.
Pada saat erupsi Gunung Merapi tahun 2010, almarhum aktif dan membuat desain untuk komunitas Scout Emergency Response.
Pada akhir pekan, Aji Rachmat kerapkali mengajak keempat anaknya berkemah. Dia ingin mengajarkan anak-anaknya yang masih kecil untuk mencintai alam dan memiliki jiwa petualangan.
Kak Bambang Sasongko menjelaskan banyak pihak yang membantu penanganan Aji Rachmat setelah musibah digigit ular king kobra di Banjarmasin.
Ada dari BPBD, Damkar, AELI, Sioux lokal, PMI, Kagama Kalimantan Selatan dan Kwarda Kalimantan Selatan, termasuk PADK (Purna Aktivis dan Dewan Kerja) di berbagai daerah.
Memang, kakak-kakak PADK Kalimantan Selatan langsung ke RSUD Ulin Banjarmasin. Mereka memantau kesehatan almarhum dan memfasilitasi istri Aji Rachmat yang baru datang dari Yogyakarta.
Kawan-kawan PADK lainnya dari berbagai daerah membantu mencari serum dan memantau pengirimannya ke Banjarmasin. Padahal satu lama lain belum pernah berjumpa dan tidak mengenal dekat dengan Aji Rachmat.
“Brotherhood atau persaudaraan pramuka yang menyatukan kami. Jika salah satu dari kami sakit, semua ikut merasakan. Andaikan ada diantara kami bahagia, yang lainnya ikut senang,” ujar Kak Nunung Noor Silvani yang didapuk menjadi ‘Presiden PADK Nusantara’ dan mengorganisir bantuan untuk Aji Rachmat.
Kak Nunung menjelaskan bahwa sejak usia siaga, penggalang hingga penegak, pramuka dilatih untuk melakukan kerja sama, tolong menolong, selalu riang, gembira dan nilai-nilai lainnya dalam Dasa Darma.
Begitu juga pramuka atau scout di seluruh dunia. Latihan di gugusdepan pada saat menjadi peserta didik itu menjadi kebiasaan atau habitus.
“Ini menjadi modal sosial setelah mereka menjadi orang dewasa, baik sebagai pembina, pelatih, andalan atau tidak aktif lagi di kepramukaan,” kata kata Kak Nunung yang menjadi Wakil Ketua DKN masa bakti 1983-1988.
Dia berharap jangan sampai persaudaraan pramuka dan PADK seluruh Indonesia dirusak oleh kepentingan politik tertentu.
Wiradhiratsaha merupakan nama PADK Kwarda Yogyakarta.
Wira artinya perwira, , dhirotsaha berarti pemimpin yang rajin dan tekun bekerja. Walhasil, Wiradhiratsaha memiliki makna memusatkan rasa, cipta dan karsa, dan karyanya untuk mengabdi kepada kepentingan nusa, bangsa, dan Gerakan Pramuka. Semboyan bakti Wiradhiratsaha adalah “Rela Darma Bakti Diri, Budi Luhur Darma Bakti”.
Kak Aji Rachmat yang wafat dalam tugas di usia 45 tahun, telah menunaikan semboyan tersebut. Kakak, selamat mengembara dan berpetualang di keabadian.
***
Kak Untung Widyanto, Andalan Nasional Kwarnas Pramuka, wartawan lepas, peneliti dan pengajar.