Awalnya Muhamad Sadam Alamsyah tak tertarik kegiatan kepramukaan. Baginya kegiatan Pramuka itu berkemah saja. Baru deh jadi Pramuka, di SMP kelas 7.
“Ternyata Pramuka bukan sekadar berkemah. Saya merasa di kepramukaan itu mengajarkan pendidikan karakter bagi dirinya untuk menjadi lebih baik lagi,” kata pria yang lahir 23 Mei 2001 ini.
Sejak itu dia rajin latihan dan mendapat berbagai penghargaan, antara lain: Pramuka Penggalang Garuda, Juara 1 Tandu Penggalang dan Juara 2 lomba PPGD tingkat Jawa Barat.
Penghargaan di Gerakan Pramuka membantu dia mendapatkan sekolah yang diinginkan. Dia masuk jalur prestasi walau awalnya ragu karena bukan termasuk siswa pandai. Di sekolah ini pula dia rajin berlatih dengan tekun dalam gerakan pendidikan kepramukaan. Hasilnya, Sadam mencapai Pramuka Penegak Garuda pada tahun 2018 dan aktif di berbagai kegiatan sebagai sangga kerja. Kini dia menjadi anggota Dewan Kerja Cabang (DKC) Kota Bogor.
Sadam masih berstatus peserta didik. Meski begitu dia membantu Pembina Pramuka di dua sekolah; SDN Sindangsari Bogor Utara dan SMPN 7 Kota Bogor, Jawa Barat. Sadam bahagia karena setelah dia terjun membantu di SDN itu berhasil mencetak 4 Pramuka Siaga Garuda dan di SMPN satu Pramuka Penggalang Garuda. “Sadam gak pentingkan digaji atau tidak. Yang penting Sadam bisa memberikan ilmu, ketrampilan dan Sadam tetap di Gerakan Pramuka.”
Sadam tulus ikhlas dalam mengabdi. Waktu bencana banjir melanda kota Bogor awal Januari 2020, dia terjun langsung membantu. Tidak ada yang menyuruhnya. Dia sigap membantu di logistik dan mengumpulkan personil demi kelancaran aksi Pramuka Peduli Kota Bogor, Jawa Barat. Sebulan lebih dia aktif di sana.
Melihat semangat, kemauan, dan loyalitas Sadam, dia dipercaya untuk menghidupkan kembali Saka Kalpataru kota Bogor. “Ini tugas berat bagi Sadam. Sebab saka tersebut sudah dua tahun tidak aktif. Yang Sadam lakukan membuat perencanaan: menghubungi dinas lingkungan hidup, mencari anggota, membuat pelatihan dan manejemen bank sampah.”
Dia mengerjakan apa yang menjadi tanggungjawabnya. Alhamdulillah di bulan ini mau diresmikan bank Sampah tersebut. Dia tahu di kota Bogor ada 600 ton sampah per hari tapi daya tampung tempat sampah hanya 500 ton. Sadam tidak mau yang 100 ton itu berserakan di kota Bogor. Sebab itu mulai dari Pramuka dulu yang peduli dengan sampah kemudian ke masyarakat. “Kita kasih penyuluhan tentang sampah. Pisahkan sampah! Sampah ada yang kami tampung dan diganti uang. Jadi dari sampah menjadi uang,” jelas Penegak Laksana ini.
Motivasi yang membuat dirinya terus berkiprah sebagai Pramuka itu adalah: “Karena hidup itu hanya sekali maka buatlah diri kita menjadi berarti. Dan, jawab rasa penasaran kita maksudnya, Pramuka ini memberi arti yang begitu baik dan salah satunya pengabdian saya kepada masyarakat,” jelas anak bungsu dari 3 bersaudara ini.
Sebab itulah dia masih ada keinginan yang belum terlaksanakan: mengadakan Workshop. Penegak/Pandega itu perlu mendapat pelatihan life skill yang dibutuhkan di dunia kerja. Rencananya: workshop fotografi, barista dan beauty class untuk putra putri.
Baginya, hidup bagaikan boomerang kita melemparnya dan itu akan kembali. Maka dari itu dia berharap para Pramuka berbuat baik terus dengan berpegang teguh pada Trisatya dan Dasa Darma, “Kepakan sayap kita sehingga ketika kita melesat. Kita merupakan para Pramuka yang siap terbang melesat tinggi untuk mengharumkan nama Pramuka Indonesia,” kata pria yang baru diterima di Fakultas Hukum Universitas Pakuan, Bogor.
Teks: M. Bintang/Fitri
Foto: Kak Sis dan Dok. Pribadi