PRAMUKA.ID – Pagi ini, Sabtu (24/6/2023) saya baru saja selesai mengemas barang barang bawaan untuk persiapan pulang ke Makassar. Waktu menunjukkan pukul 06.21 WIB. Sambil menyeduh segelas kopi Toraja yang masih tersisa seperempat bungkus dari perkemahan bindamping kemarin.
Saya mencoba mengintip kembali WhatsApp group bindamping. Kelihatannya banyak chat yang terlewat. Apa gerangan yang dibahas disana, tanyaku dalam hati. Setelah beberapa detik mencoba membaca satu persatu chat yang terlewat, tampaknya tidak ada lagi sesuatu yang serius. Suasana sudah lebih cair dan adem. Yang ada hanya candaan.
“Pulang pulang pulang,,,, khawatir tak bisa bayar wc umum aku kak”. Demikian chat dari kak Uje dari Lampung dengan emotikon terbahak.
Sementara kak Memet dari Jogja menulis “Kakak-kakak. Garuda dan Beringin Jogja (nama regu) pamit undur diri. Mohon maaf bila ada kata dan laku yang kurang berkenan dari adik adik kami selama kegiatan. Nderek pamit. Matursembahnuwun”
Rupanya masih ada juga beberapa kontingen yang belum pulang dan masih berjalan jalan ke tempat wisata. “Slamat pagi, Kakak pemilik kota ini, sa deng adik adik mo putar putar kota Jakarta” info dari Wa berinisial pkurni247. Sementara Kak Fakhruddin yang di juluki pramuka American style ini menulis “kami menuju Aceh”.
Ah betapa senang bisa bertemu dengan mereka semua, pembina pendamping hebat dari berbagai pelosok Nusantara. Saya jadi terbayang dengan Kak Pit dari Papua yang selalu santai dan tak ada raut susah. Kak Ferdi dari Riau yang selalu saja punya cerita lucu dengan logat yang familiar dan mengingatkan kita pada Ustad kondang Abdul Somad. Sepertinya dunia akan sepi tanpa orang orang seperti Kak Ferdi ini. Juga Kak Eman dari NTT yang pada LT-V kali ini menciptakan lagu yang diberinya judul ‘Pembina Hebat’. Menurutnya lagu ini terinspirasi dengan lagu penggalang ketika pembukaan LT-V.
“Wah saya harus buat lagu yang ceria seperti ini” akunya dalam suatu kesempatan mengobrol santai di tendanya. Mulailah Ia menulis lirik lagu ketika simulasi pengembaraan bindamping, Kak eman berhasil menulis lirik yang sesuai ketika berada di Taman Madu Pramuka. Jadilah lagu ini menjadi hits dikalangan bindamping meskipun tidak semua betul-betul menghapal liriknya dan hanya turut ramai saat reff.
Ingatan saya tak bisa melupakan kisah Kak Nani dan Kak Ade dari Bengkulu yang harus menempuh jarak sekira 839 Kilometer dengan Bus umum. Melintasi pelabuhan Bakauheni dan Merak untuk sampai di Buperta Cibubur.
“Makanya kami terlambat, kami kontingen paling terakhir datang” ungkapnya suatu ketika. Tak terbayang rasa lelah yang harus mereka rasakan ketika datang, pun perjuangan yang sama masih harus dijalani ketika pulang. “yang jadi masalah sekarang adalah kami pulangnya bagaimana” curhat Kak Nani dalam sesi berbagi cerita. Keterbatasan anggaran pula yang membuat banyak kontingen berjuang untuk sampai di Buperta Cibubur.
Semua demi anak anak regu penggalang tangguh yang ada dalam tanggung jawab mereka. Mereka adalah para pembina yang telah berjuang dengan hebat pula, mengorbankan pikiran, tenaga, biaya dan waktu untuk anak didik mereka, untuk Pramuka yang mereka cintai, untuk negeri ini. Bangga bisa bertemu kalian.
“Selamat kembali kerumah semuanya, selalu sehat penuh semangat sukses.. “safe journey welcome home always be Scout” Pesan Kak Abustam ini semoga jadi motivasi buat kita semua.
Salam Pramuka
Tentang Penulis:
Kak Naston, Pembina Pendamping dari Kwarda Sulawesi Selatan
Jadi rindu pramuka, pgen sekali merasakan kgiatan nasional