“Adik mari ikut kumpul di rumah saya. Kita mengobrol santai tentang Gerakan Pramuka. Bisa ya bergabung nanti,” ajak Kak Azis Saleh saat saya jumpa di gedung Kwarnas pada tahun 1989.
“Iya kak. Inshaa Allah,” jawab saya.
Kakak satu ini semangat sekali bicara tentang kemajuan Pramuka.
Pertama kali jumpa, kesannya sederhana dan pintar. Waktu itu saya belum kenal sosok yang pernah menjabat Menteri Kesehatan, Menteri Pertanian, Menteri Koordinator Kompartemen Perindustrian Rakyat Indonesia, dan Menteri Perindustrian Kerajinan Indonesia.
Kakak yang lahir di Boyolali, 20 September 1914 ini adalah salah satu dari Panitia Lima yang ditugaskan Presiden Soekarno untuk membentuk Gerakan Pramuka pada tahun 1961. Beliau menjadi Sekretaris Jenderal Gerakan Pramuka pada tahun 1970 dan Sekretaris Mabinas tahun 1974.
Kepo saya. Ternyata kakak yang bernama Abdul Azis Saleh ini seorang dokter bedah dan bapaknya pun dokter terkenal: dr. Mohammad Saleh (1888-1952). Beliau tidak pernah menonjolkan diri: Saya dulu ikut dalam peristiwa di Surabaya, atau apalah. Tidak.
Beliau ini teliti. Apabila membaca suatu konsep, proposal atau surat, titik koma diperhatikan. “Saya bisa tiga atau empat kali mengetik sebuah surat. Kurang koma atau titik, dibalikin,” kata Kak Prijo Judiono, staf Kwarnas pada waktu itu.
Hal itu dibenarkan oleh staf Kwarnas lain, yang sudah pensiun. Dengan begitu, staf Kwarnas menjadi pandai membuat surat dengan benar. Mereka juga jadi teliti.
Cerita Kak Prijo, tiap pagi beliau membaca harian Kompas. Koran itu penuh coretan, mirip disposisi. Apa yang dia tulis, staf harus cari tahu. Ketika ditanya, jangan mengatakan tidak tahu. Kenapa? Beliau bisa marah. “Kalau tidak tahu, ya cari tahu dan bertanya ke mana-mana sehingga informasi kita dapat lengkap. Ketika ditanya, saya bisa menjawab,” jelas Kak Prijo.
Kakak ini memiliki cara tersendiri dalam mengajari orang. Secara tidak disadari saat itu orang di sekitarnya cekatan, teliti, dan kerja sampai tuntas. Misalkan, ada surat undangan untuk beliau. Orang yang ditanya itu harus tahu detail tentang surat. Apabila beliau mau hadir, stafnya harus tahu letak gedung atau ruangannya dan lain-lain. Nah biasanya staf cari tahu dulu informasinya sehingga ketika ditanya, bisa menjawab. Intinya: “Harus tahu. Harus Mengerti.”
Beliau ini bila sudah bekerja di Kwarnas bisa sampai malam. Pekerjaan harus tuntas hari itu. Tapi karyawan putri tidak ketakutan pulang malam, “Kami yang putri-putri ini selalu diantar pulang oleh Kak Azis Saleh dan istrinya. Beliau yang nyetir dan pakai mobil pribadi,” ungkap seseorang yang minta dirahasiakan namanya.
Beliau wafat 3 April 2001 dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir.
Fitri H.