Sosok wanita ini sangat dikagumi dan dihormati banyak orang. Panggil saja, Bunda untuk wanita yang bernama D. Bunakim. Saya baru mengenalnya pada tahun 1988. Di gedung Kwarnas, bunda yang berpenampilan sederhana ini adalah staf Kwarnas wanita tertua. Meski begitu, beliau lincah. Sebelumnya, beliau ini sebagai Andalan Nasional.
Sejak muda beliau aktif di kepramukaan. Saat perang dulu, beliau bantu di tim kesehatan. Beliau itu selalu bergerak. Diam hanya saat tidur. Saya lihat beliau datang pagi ke Kwarnas dan pulang seringnya gedung sudah sepi.
Menurut staf Kwarnas pada masa itu, Bunda yang lahir di tahun 1917 ini orangnya sederhana, hemat, jujur, bertanggung jawab. “Pokoknya apa yang dia lakukan ya yang ada dalam Dasadarma.”
Beliau tidak mau menyusahkan orang lain. Apa-apa beliau lakukan sendiri. Contohnya, Ketika beliau diundang resepsi pernikahan, dia datang sendiri dengan menggunakan kendaraan umum. Sedangkan staf lain, pinjam mobil kantor.
Ada peristiwa yang membuat saya kagum dengan fisik bunda. Saya lihat Bunda Bunakim tiap malam keliling perkemahan putri pada Perkemahan Wirakarya Nasional (PWN) 1990 di Purbalingga, Jawa Tengah. Suatu malam saya jumpa beliau di depan tenda kecamatan putri.
“Bunda…Bunda. Mau ke mana?”
“Keliling. Mau ikut Kak Fitri? Nanti kita jalan sampai bawah sana… trus ke MCK. Kita buka satu-satu MCK itu,” jelasnya. Kalau kakak tidak mau ikut tidak apa-apa. Kak Fitri istirahat, besok pagi kakak harus siapkan kegiatan bukan?”
Saya heran… Tiap hari Bunda Bunakim ronda di tapak perkemahan putri. Saya berpikir, ada anggota Saka Bhayangkara kenapa beliau tetap ronda. Belum tuntas pikiran saya, Bunda sudah meluncur ke tapak lain. Eaaaaa, saya tergesa-gesa mengikuti langkah kaki bunda yang usianya dua kali dari usia saya.
Jauh juga… dan ini baru seperempat perjalanan. Bunda sepertinya membaca pikiran saya. “Kak Fitri kembali saja ke Posko. Tidur duluan agar segar esok pagi,” kata Bunda Bunakim.
Esok paginya, saya ketemu bunda dan terlihat segar. Bunda tahu potensi dirinya, beliau dapat mengatur waktu dan kemampuannya. Sebab itu beliau aktif di Kwarnas maupun kegiatan Paskibraka di Cibubur. Sikap dan cara berpikirnya sama.
“Kamu boleh membawa barang lima atau sepuluh. Ambil dan bawa. Tapi kamu harus bawa sendiri. Jangan suruh orang lain.”
Bunda sering ucapkan itu kepada seseorang (maaf.. dia tak mau menyebutkan namanya). Bunda mengajarkan mandiri. Bisa saja dia minta tolong dan pasti orang mau membantunya. Itu tidak pernah terjadi. Peralatan makan selalu dibawa. Setelah digunakan beliau cuci sendiri dan disimpan.
Bunda Bunakim sampai saat menutup mata pun tidak menyusahkan orang lain. Ketika beĺiau tidak keluar kamar, saat dibuka pintunya: Bunda Bunakim di atas tempat tidur dan menutup mata selamanya pada 1 Juli 2005.
Bunda Bunakim memang sudah tiada. Tapi ajarannya berguna bagi kami. Kenangan yang baik tentang bunda membuat kami kangen. Semoga bunda Bunakim sudah bahagia di sana. Aamiin.
Oh iya, Bunda Bunakim ini bekerja di Kwartir Nasional, setelah beliau habis masa bakti sebagai Andalan Nasional. Beliau juga ikut “membidani” kegiatan Paskibraka dan lahirnya Kowad (Korps Wanita Angkatan Darat). Dengan keluarnya Surat Keputusan Menpangad Nomor Kpts/381/3/1960 tanggal 23 Maret 1960 tentang tim penasihat pembentukan satuan wanita di Angkatan Darat, di sana ada nama D. Bunakim. Itu bukti potensi Bunda Bunakim tidak diragukan lagi.
Semasa hidupnya total untuk kegiatan kepramukaan dan sebulan sebelum upacara bendera di istana negara, Bunda selalu terlibat dalam karantina Paskibraka. Jadi Bunda Bunakim itu bunda di Gerakan Pramuka dan Paskibraka.
Fitri H.