PRAMUKA.ID – Denpasar, Di tengah letak geografis Indonesia yang berada dalam lingkaran api (ring of fire), keterampilan bertahan hidup kini menjadi kebutuhan mendesak, bukan lagi sekadar pilihan. Gerakan Pramuka pun kini bertransformasi; bukan lagi dianggap sebagai kegiatan ekstrakurikuler formalitas, melainkan kawah candradimuka untuk mencetak generasi yang tangguh menghadapi bencana.
Hal ini ditegaskan oleh Rudianto, Andalan Kwartir Daerah (Kwarda) Bali, yang menyoroti pentingnya peran Pramuka dalam membangun ketahanan nasional dari unit terkecil, yaitu individu muda.
Transformasi Paradigma: Pramuka Adalah Survival Skill
Menurut Rudianto, pelatihan dalam Pramuka—mulai dari pertolongan pertama (P3K), teknik tali-temali, navigasi darat, hingga manajemen dapur umum—adalah perangkat fundamental dalam situasi darurat. Di wilayah seperti Bali yang rawan akan gempa bumi, erupsi gunung berapi, hingga tsunami, kesiapsiagaan anggota Pramuka dapat menjadi pembeda antara keselamatan dan tragedi.
“Pramuka bukan sekadar ekskul atau ajang kumpul-kumpul. Ini adalah life skill dan survival skill. Siap siaga yang kita bangun hari ini adalah upaya nyata untuk menyelamatkan masa depan bangsa,” ujar Rudianto.
Membangun Karakter di Tengah Ketidakpastian
Sebagai Andalan Kwarda Bali, Rudianto menjelaskan bahwa kurikulum Pramuka kini semakin relevan dengan kebutuhan zaman. Anggota Pramuka didik untuk memiliki mental baja dan kemampuan mengambil keputusan cepat di bawah tekanan.
Kesiapsiagaan ini mencakup:
Mitigasi Bencana: Memahami tanda-tanda alam dan prosedur evakuasi.
Solidaritas Sosial: Menjadi relawan terdepan saat terjadi bencana di lingkungan sekitar.
Kemandirian: Mampu bertahan hidup dengan peralatan terbatas di alam terbuka.
Investasi Keselamatan Jangka Panjang
Kwarda Bali terus mendorong agar sekolah-sekolah dan gugus depan meningkatkan intensitas latihan simulasi bencana. Dengan menjadikan Pramuka sebagai garda terdepan literasi bencana, diharapkan setiap anggota mampu menjadi “pioneer” keselamatan bagi keluarga dan masyarakatnya.
Rudianto mengajak seluruh elemen masyarakat untuk kembali melihat Pramuka sebagai investasi SDM yang strategis. “Kita tidak pernah tahu kapan bencana akan datang, tetapi kita bisa memilih untuk siap. Dan Pramuka adalah wadah terbaik untuk mempersiapkan diri tersebut,” pungkasnya.
Pewarta: Lilla



















