PRAMUKA.ID – Ada banyak masalah yang dapat terjadi di lingkungan kepramukaan. Mulai dari masalah akibat adanya kegiatan kepramukaan yang menimbulkan hal buruk, seperti kecelakaan dan lain sebagainya, kemudian masalah internal organisasi kepramukaan, dan juga masalah di luar organisasi kepramukaan, seperti bencana alam yang memerlukan peran para Pramuka untuk membantu mengatasinya.
Masalah-masalah tersebut dapat menyebabkan krisis komunikasi dan turunnya reputasi organisasi kepramukaan di mata masyarakat luas. Karenanya, dibutuhkan penanganan yang baik untuk mengatasinya. Termasuk kemampuan bagi organisasi kepramukaan untuk menyampaikan komunikasi dan informasi secara akurat, serta upaya kemampuan manajemen reputasi, untuk menjaga nama baik organisasi kepramukaan.
Hal-hal itulah yang dibahas dalam Lokakarya Kepramukaan Asia-Pasifik tentang Krisis Komunikasi dan Manajemen Reputasi yang diselenggarakan di Maladewa (Maldives) pada 22 sampai 25 Februari 2023. Lokakarya itu diselenggarakan oleh Subkomite Komunikasi dan Hubungan Eksternal Kepanduan Asia-Pasifik (Asia-Pacific Region Scout Communication and External Relations Subcommittee) bekerja sama dengan Scouts Association of Maldives.
Sehari sebelum lokakarya itu, subkomite tersebut juga menyelenggarakan pertemuannya yang ke-9 kalinya selama masa bakti 2022-2025. Subkomite itu diketuai Dr. Laura Lo (Hong Kong), dengan Wakil Ketua I Kak Berthold Sinaulan (Indonesia) dan Wakil Ketua II Sara Ma (Scouts of China/Taiwan). Sementara anggota subkomite yang hadir adalah Addison Ng (mewakili Regional Youth Representative), Muhammad Naufal (Malaysia), Rubab Khan (Pakistan), serta penasehat dari Komite Kepanduan Asia-Pasifik, Muhammad Rafiqul Islam Khan. Dua staf dari Kantor Pendukung Kepanduan Asia-Pasifik, Luz Taray dan Aaron Lopez, juga hadir membantu pelaksanaan pertemuan dan lokakarya.
Peserta lokakarya yang berjumlah 36 orangi terdiri dari utusan organisasi nasional kepramukaan di negara Bangladesh, Filipina, Hong Kong, India, Indonesia, Malaysia, Maldives, Nepal, dan Pakistan. Sementara para narasumber adalah dari Biro Kepanduan Sedunia yang berkantor di Kuala Lumpur, Malaysia, serta dari Kantor Pendukung Kepanduan Asia-Pasifik di Manila, Filipina, dan satu lagi dari Kantor Pendukung Kepanduan Afrika di Nairobi, Kenya.
Lokakarya itu akhirnya menghasilkan rekomendasi hasil susunan tim yang beranggotakan Justina Yung (Hong Kong), David Dominic M. Lanuza (Filipina), Faruhan Abdul Gadir (Maldives), Jay E. Tejada (Filipina), Masood ur-Rehman (Pakistan), dan Edwin Lam (Malaysia). Bertindak sebagai fasilitator tim rekomendasi itu adalah Kak Berthold Sinaulan.
Secara umum, seluruh peserta berpendapat bahwa lokakarya ini sangat penting bagi organisasi kepramukaan, terutama bagaimana menangani krisis komunikasi dan manajemen reputasi. Setiap tingkatan dalam gerakan Pramuka, mulai dari WOSM, Kawasan Asia-Pasifik, dan NSO, harus memiliki prosedur dan protokol operasi standar yang dapat menangani komunikasi krisis dengan cara yang akurat.
Selanjutnya, tim merekomendarikan sejumlah hal, yaitu
- Mengembangkan isi buku panduan/Manual Komunikasi APR, termasuk komunikasi krisis dan manajemen reputasi.
- Dengan dukungan dari WOSM, membangun strategi komunikasi di tingkat NSO (organisasi nasional kepramukaan), sampai ke tingkat provinsi dan tingkat kabupaten.
- Mengembangkan mekanisme pemantauan media untuk setiap NSO.
- Melakukan pelatihan peningkatan kapasitas untuk NSO di bidang komunikasi dan hubungan masyarakat, dengan dukungan WOSM.
- Menetapkan protokol opsional tentang manajemen reputasi untuk NSO.
- Menyediakan alat/sarana khusus untuk rencana komunikasi krisis NSO.
- Memberikan pedoman proses seleksi tim komunikasi NSO.
- Melakukan forum sharing best practice dalam hal komunikasi krisis dan manajemen reputasi.
- Memastikan seluruh kegiatan Pramuka di setiap NSO mengikuti kebijakan Safe from Harm
Di akhir lokakarya, Kak Berthold Sinaulan menyerahkan kenang-kenangan buku “Berbakti Tanpa Henti – 60 Tahun Gerakan Pramuka” kepada pimpinan organisasi kepramukaan di Maldives.
***
Pewarta: Kak Be
Foto-foto: Edwin Lam (Malaysia)