Sebanyak 25 juta Anggota Pramuka Indonesia berpotensi melakukan perubahan mengatasi Pandemi Covid-19.
“Pramuka harus mampu membuat tren patuh protokol kesehatan. Misalnya mengenakan masker harus menjadi tren, itu perlu kolaborasi. Sementara yang sulit adalah mencuci tangan. Memakai hand sanitizer juga dapat menjadi tren. Termasuk juga menjaga jarak yang aman. Bagaimana ngeriung atau cangkrukan yang aman,” kata Kepala UNICEF Perwakilan Jawa, Arie Rukmantara dalam Talkshow Gerakan Pramuka Dulu, Kini,dan Tantangan Adaptasi kebiasaan Baru yang digelar secara virtual, Senin(24/8/2020).
Talkshow itu diikuti oleh perwakilan anggota Pramuka dari seluruh daerah di Jawa Tengah.
Arie menuturkan, sebenarnya dunia telah mengalami beberapa kali pandemi. Pada tahun 1918, saat Bapak Pramuka Indonesia Sultan Hamengku Buwono IX berusia enam tahun, sudah ada pandemi flu. Kala itu penduduk harus tinggal di rumah, dilarang berkeliaran di luar rumah bila tidak perlu, dan dilarang masuk ke lokasi pandemi. Indonesia mampu mengatasi pandemi flu itu.
Kemudian tahun 2000 ada pandemi SARS, selanjutnya tahun 2009 ada Flu Meksiko (H1N1), disusul Flu Unta pada 2012, dan tahun 2019 ada pandemi Covid-19. “Kini Pramuka harus berperan mengatasi pandemi kali ini,” tuturnya.
Ketua Kwartir Daerah Pramuka Provinsi Jawa Tengah Siti Atikoh Supriyanti menambahkan, Pramuka selalu hadir di garis depan ketika masyarakat membutuhkan.
“Ketika ada pandemi Covid-19, para anggota Pramuka ikut memberi penjelasan soal bahaya Covid. Mereka juga membagikan masker dan hand sanitizer. Di sini Pramuka memiliki semangat kebangsaan maupun pendidikan karakter. Selain itu juga mempunyai kecakapan hidup,” kata istri gubernur Ganjar Pranowo itu.
Dengan jumlah pramuka yang banyak tersebut, maka Pramuka dapat menjadi pelopor membuat kegiatan yang positif. “Pandemi ini sudah berlangsung selama enam bulan. Pramuka harus mampu menciptakan ruang bahagia untuk diri sendiri maupun rekan-rekannya,” tuturnya.
Dengan memanfaatkan teknologi komunikasi, anggota Pramuka bisa membuat video pendek, nge-vlog soal protokol kesehatan, hingga menolong bisnis tetangganya.
Membuat video berdurasi satu menit dengan bahasa efektif dan pesan tersampaikan di media sosial IG (Instagram). Itu pun harus dilengkapi dengan caption di bawahnya agar yang tuna rungu pun bisa memahami. Bila diungah di Youtube juga harus ada running text agar pesan bisa sampai.
“Di Rembang, ada siswa SMP yang meng-upload bisnis ikan asin tetangganya. Ternyata langsung ada pesanan. Ini adalah bentuk kegiatan positif para remaja Pramuka,” kata Atikoh.
Di sisi lain, kegiatan nge-vlog adalah latihan berbicara di depan publik. Menyusun kata yang berisi dan bermakna untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain.
Oleh sebab itulah, meski kegiatan Pramuka yang biasanya berkumpul dalam jumlah banyak seperti camping sampai jambore ditiadakan karena pandemi, namun dengan menciptakan kegiatan positif yang berguna, Pramuka tetap bisa berkarya.
Sementara itu Foresta Arbar Ramadhan, anggota Pramuka dari SMK Negeri 1 Brebes mengatakan bangga sebagai Pramuka.
“Saya mendapatkan berbagai ilmu dan karakter positif. Banyak kegiatan positif di Pramuka. Berkemah, misalnya, itu membutuhkan kerjasama antartim. Mulai mendirikan tenda hingga kegiatan lain. Menyimpan ego sendiri untuk kepentingan regu. Kami juga belajar berkoordinasi dengan tim lain saat membuat api unggun. Kami belajar leadership di Pramuka,” ujar Foresta.
Di sisi lain, dengan jumlah yang mencapai 25 juta anggota, menurut Arie Rukmantara dari UNICEF, Indonesia harus menjadi pengurus The World Organization of the Scout Movement (WOSM– Organisasi Pramuka Dunia). Sebab jumlah itu sama dengan 25 persen jumlah pramuka di dunia yang beranggotakan 100 juta.
Bahkan Arie juga mendorong agar anggota Pramuka Indonesia mencatat segala kegiatan pengabdian yang mereka lakukan. Sebab dari data yang ia peroleh, ia sempat terkejut ketika melihat jam pengabdian Indonesia hanya sedikit, hanya 1.500 jam per bulan. Sementara Pramuka India mencapai 1,5 juta jam, dan Pramuka Amerika Serikat 10 juta jam per bulan.
“Oleh karena itu mari kita catat jam pengabdian Pramuka kita. Membuat konten video waktunya kita catat, meng-upload juga kita catat, melihat konten juga dicatat. Juga ketika melakukan aksi sosial lainnya. Bila semua dicatat, maka akan luar biasa Pramuka Indonesia,” ujarnya.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di BeritaSatu.Com