Jari tangan mengaduk seduhan kopi dalam gelas, kemudian menyajikan di atas meja untuk seorang pria. Kutatap wajahnya, dia tampak tersentak kemudian tersenyum. Lalu menyapa salamku.
Namanya Putri Mutiara Kumalasari. Gadis yang akrab dipanggil Mala ini adalah Pramuka Penegak Laksana Gugusdupan yang berpangkalan di SMA Negeri 5 Madiun, Jawa Timur.
Mala yang berusia 18 tahun ini adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Adiknya masih SD kelas 3 dan 6. Ayahnya berprofesi tukang pijat. Kehidupan sehari-hari tergantung panggilan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ayahnya membuat warung kecil di depan rumahnya. Kedai kopi, tepatnya.
Namun, usaha yang dilakukan dirasa belum dapat memperbaiki perekonomian keluarga. Sebab itu, ibunya berangkat ke Brunei Darussalam pada Oktober 2019 untuk bekerja sebagai TKW. Sekarang Mala di rumah bersama ayah dan dua adiknya. Tiap hari Mala harus bangun pagi untuk menyiapkan sarapan.
Belum lagi urusan dapur atau mencuci dan menyetrika pakaian. Meski dibantu adik, tetap saja Mala lelah. Adiknya yang masih kecil belum dapat membantu banyak. Namun, teringat Dasa Darma, Mala kembali bersemangat. Wajahnya tidak menampakan kesulitan yang dihadapinya. Mala adalah anak yang ceria dan selalu bersemangat.
Kondisi pandemi membuat Mala harus bisa bertahan dalam keadaan serba terbatas ini. Sebenarnya Desember tahun lalu, Mala belajar untuk lebih mandiri. Dia menjadi reseller dari beberapa produk penjualan. Keuntungannya, ya untuk uang saku. Jadi Mala sudah tidak meminta uang saku sekolah kepada orang tuanya.
“Saya ‘kan juga jualan via online, biasanya COD bisa keluar rumah bebas. Sekarang dibatasi sama orang tua sehingga terganggu jualan saya. Jadi uang saku tidak berjalan lancar. Jualan Bapak juga sepi, karena pandemi ini. Jadi saya harus lebih hemat,” curhat Mala.
Selesai curhat tentang jualannya, Mala menarik napas panjang. Matanya terlihat sedih. Terlihat butiran air mengembang di sudut matanya yang indah. Dia pun melanjutkan cerita tentang sekolahnya. Kuota internet menjadi salah satu kendala yang Mala hadapi ketika melakukan pembelajaran daring.
“Kegiatan belajar di sekolah berubah. Biasanya bisa tatap muka, sekarang via online. Secara otomatis bakal keluar uang lebih untuk beli kuota. Walaupun di Madiun ada wifi, tetapi tidak setiap saat jaringannya mendukung, sementara kegiatan pembelajaran harus terus berlanjut.” ungkap anggota Saka Bhayangkara Kota Madiun ini.
Mala mengaku, dia menerima pembebasan biaya SPP di SMA-nya sejak kelas 10. Dia bersyukur dapat menjadi salah satu siswa yang menerima pembebasan biaya SPP 100 %, sehingga dapat melanjutkan sekolah. Dari dulu Mala memiliki keinginan besar dan giat belajar. Meski perekonomian keluarga kurang bagus, pendidikan nomor satu.
Pandemi tidak hanya memberi dampak pada keuangan Mala, tetapi juga pada akademik. Materi pembelajaran secara daring dirasa lebih sulit untuk dipahami daripada pembelajaran normal. Sebagai siswa SMA kelas 12, kondisi seperti ini sangat berdampak pada dirinya. Jika Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) terus berlangsung, maka pemahaman materi pun tidak dapat maksimal, menurut Mala. Meski begitu, Mala memiliki mimpi: Dia bercita-cita dapat melanjutan pendidikan ke perguruan tinggi, dengan mendapatkan beasiswa.
Mala aktif dalam berbagai kegiatan kepramukaan, khususnya Saka Bhayangkara. Di gudep yang berpangkalan di SMA Negeri 5 Madiun, dalam Dewan Ambalan, Mala sebagai Koordinator Bidang Teknik Teritorial. Karena keaktifannya itu banyak kegiatan yang dia ikuti, seperti: Pertemuan Saka Bhayangkara dan Pelantikan Mabi Saka se-Jawa Timur, Rapat Koordinasi Pamong se-Jawa Timur, PAM Maulid Nabi, dan PAM Tahun Baru.
“Pengalaman berkesan di Pramuka adalah Pertemuan Saka Bhayangkara se-Jawa Timur di Pasuruan. Saya merasa beruntung karena satu kota hanya dipilih 10 orang, dan saya salah satunya. Saya mendapatkan materi langsung dari andalan, mendapatkan teman baru dari kota lain, dan dapat bertukar pengalaman dengan kontingen kota lain.” ungkap Mala.
Meskipun perekonomian keluarga pas-pasan, Mala tidak mau hanyut dalam kesedihan. Mala tetap semangat untuk aktif membantu di kegiatan Saka Bhayangkara. Mala bersama Saka Bhayangkara Kota Madiun terlibat aktif dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19, khususnya di Kota Madiun. Misalnya, dia bertugas di PAM Pos Penjaga Covid-19, Operasi Masker, dan Patroli Operasi Masker.
Mata Mala seperti menerawang jauh. Bibirnya tersenyum kembali. Kemudian dia bercerita tentang harapannya. Corona… oh Corona. Kapan, ya segera berakhir? Mala ingin sekali dapat menjalankan aktivitas seperti biasa: bercengkraman dengan teman Pramuka maupun teman sekolahnya secara langsung. Kelas 12 adalah waktu terakhir masa SMA-nya, Mala ingin memiliki kenangan indah dengan teman dan guru di sekolah.
Mala pun bangkit dari kursinya. Dia berjalan ke warung lalu membuat segelas kopi pesanan pembeli. Kemudian mencuci gelas-gelas yang kotor. Matanya menatap ke depan. Dia yakin, Allah bersamanya. Senyumnya mengiringi langkah kaki saya ketika saya pamit.
Teks & Foto: Isha (Madiun)
Editor: Kak Fitri Hariyadi