PRAMUKA.ID — Isu perubahan dan krisis iklim makin ramai dibicarakan dalam beberapa waktu terakhir, begitu juga dengan diskursus aksi mitigasi dan adaptasinya. Berbagai pihak dapat dan perlu memainkan perannya masing-masing, termasuk Gerakan Pramuka sebagai organisasi kepemudaan yang banyak bergiat di alam terbuka.
Pada riwayatnya, Gerakan Pramuka maupun World Organization of Scout Movement (WOSM) telah banyak menjalin kemitraan dengan organisasi atau instansi terkait lingkungan hidup, dari isu krisis iklim, keanekaragaman hayati, hingga polusi dan sampah. Kemitraan dapat dijalin dalam jangka panjang maupun insidental atau berdasarkan kegiatan.
Climate Hero merupakan salah satu bentuk kemitraan insidental pada isu krisis iklim, yang diinisiasi oleh Climate Reality Indonesia (CRI) dan ATAS (Association of Top Achiever Scouts) Indonesia. Kesamaan visi terkait pentingnya aksi iklim dan signifikansi kaum muda, dalam hal ini Pramuka, menjadi latar belakang kolaborasi tersebut.
Telah hadir di beberapa kegiatan Pramuka Penggalang maupun Penegak-Pandega, edisi terbaru Climate Hero hadir dalam Raimuna Cabang (Raicab) Sleman 2023, di Bumi Perkemahan Kampung Pramuka Sangurejo. Berlangsung pada 10 sampai 13 Mei 2023, stan Climate Hero membersamai aneka stan lainnya Sedangkan sesi Climate Hero menjadi salah satu Giat Wawasan pada 11 Mei 2023.
Sesi Climate Hero membawa peserta Raicab pada isu perubahan iklim dengan mencoba menyambungkan kerangka global dengan peluang aksi tingkat lokal. Begitu juga pada kerangka kepramukaan pada aspek lingkungan hidup dengan peluangnya diimplementasikan menjadi aksi.
Selain dijelaskan materi tentang krisis iklim, peserta Raicab juga berdiskusi menganalisis masalah, solusi, hingga aksi, yang kemudian dipresentasikan.
“Nature study is the key activity in scouting and guiding,” tulis salah satu slide dalam materi yang dipaparkan di sesi Climate Hero. Pernyataan itu menegaskan kaitan erat kegiatan dan kepedulian alam dengan kepramukaan.
Tidak jarang, Pramuka peserta juga telah memiliki modal pengetahuan pada isu krisis iklim. Maka dari itu, alur KWL (know, wonder, learn) menjadi skema sesi ini. Bahwa ada modal pengetahuan (know), kemudian peserta menuliskan ekspektasi (wonder), hingga di akhir sesi peserta merefleksikan yang telah didapatkan (learn).
Pada Raicab Sleman 2023 ini, sekitar 40 Pramuka peserta yang dibagi ke dalam 7 kelompok ini menemukan masalah akibat perubahan iklim, yang dominan pada permasalahan sampah. Masalah cuaca yang dirasa semakin panas juga disadari oleh peserta, di samping sebagian lainnya yang memahami terkait perubahan pola tanam dan panen tani.
Yang krusial dan paling penting dari sesi dan stan ini ialah keberlanjutannya. Beberapa peserta terpilih yang dirasa semangat akan melakukan live Instagram bersama akun @panduaksilingkungan, untuk meneruskan cerita agar tidak hanya pada satu sesi.
Selain itu, soal keberlanjutan ada pada bahwa badge Climate Hero yang didapat peserta akan menjadi tanggung jawab moral dan keterampilan. Tim pemateri dari CRI dan ATAS Indonesia menekankan bahwa peserta selalu dapat belajar lebih lanjut mengenai isu ini.