Hari ini genap tahun kelahiran ke-165 untuk Robert Stephenson Smyth Baden-Powell lahir di London pada 22 Februari 1857, yang kita kenal sebagai Bapak Pandu Dunia (The Chief Scout of The World). Hari kelahirannya kita kenang sebagai Hari Baden Powell (BP Day) atau lebih dikenal juga sebagai The Founder’s Day.
Tahun ini peringatannya sungguh istimewa karena penuh dengan angka dua, yakni tanggal duapuluh dua, bulan dua dan tahun duaribu duapuluh dua (22022022). Konon menurut filosofi Feng Shui angka 2 itu bermakna keseimbangan, sedangkan pada pengertian umumnya memahami filosofi angka 2 mempunyai makna begitu agung dan mulia yang memperlihatkan harmoni dalam kehidupan.
Nah, dalam rangka memperingati hari BP yang istimewa ini ada baiknya kita mengenang jasa BP sekaligus suatu momentum yang tepat untuk merefleksi atau lebih mendalam lagi mengontemplasi tentang berbagai tinggalan karya, bahkan ajaran BP yang berkaitan dengan ilmu Kepanduan beserta Gerakan Kepanduan yang mendunia ini. Apakah masih relevan dengan kondisi kehidupan generasi muda pada jaman milenial ini?
Untuk menjawab satu pertanyaan di atas, marilah kita mulai dengan membuka-buka lagi buku klasik karya BP yang berjudul “Memandu untuk Putra” (Scouting for Boys). Pada halaman pertama, BP menulis bahwa jauh masa sebelum adanya Gerakan Kepanduan, BP beserta para saudaranya menjelajahi lautan sekitar kepulauan Inggris dengan perahu layarnya dan menempuh hutan belukar di alam terbuka sebagai ajang melatih diri sebagai pandu.
Pandu Sejati, menurut BP, sebagai orang yang dapat dipercaya, seorang yang tidak akan mengecewakan waktu menjalankan kewajibannya bagaimanapun besarnya bahaya, seorang yang riang gembira bagaimanapun besarnya kesukaran yang harus dihadapinya (BP, x)
Pandu Sejati
Pada halaman Cerita Api Unggun Nomor 1 yang menceritakan tentang Pekerjaan Pandu, BP menegaskan bahwa para perintis, pemburu, kolonis, penyelidik, penyebar agama, gembala di seluruh dunia, mereka semua adalah Pandu Sejati ataupun berperan sebagai Pandu Perdamaian. (BP, 4)
Sebagai contoh tokoh dunia bisa kita tunjuk Christopher Columbus, penjelajah Italia yang berhasil menemukan benua Amerika adalah Pandu Sejati. Bartholomeus Diaz sebagai penjelajah yang mengunjungi pertama kali Benua Afrika dan kemudian dilanjutkan David Livingstone menjelajahi Benua Afrika di bagian timur dan selatan, kedua tokoh ini juga sebagai Pandu Sejati.
Di samping itu menurut BP, banyak tokoh isnspiratif dan penemu dunia yang patut dicontoh, bahkan dijadikan tauladan bagi para Pandu/Pramuka sedunia sebagai Pandu Sejati maupun Pandu Perdamaian, misalnya Thomas Alva Eddison (listrik), Albert Einstein (teori relativitas/bom atom), Alexander Graham Bell (telepon), Alfred Nobel (dinamit), Cai Lun (kertas), Isaac Newton (teori gravitasi), dan masih banyak lagi, termasuk yang kita banggakan BJ Habibie sebagai penemu “Crack Progression Theory” (teori yang digunakan untuk memprediksi titik mula retakan pada sayap pesawat terbang).
Membaca Cerita Api Unggun Nomor 1 hingga akhir Nomor 26 dari buku “Memandu untuk Putra,” kita bisa memahami maksud dan tujuan BP merintis Gerakan Kepanduan ini untuk mengembleng para generasi muda agar siap sedia (be prepared) menjadi warga negara yang utama.
Lebih lanjut BP menyatakan bahwa “Tanah airmu dan tanah airku tidak tumbuh begitu saja. Tanah airmu itu dibuat oleh orang laki-laki dan perempuan dengan bekerja keras dan berjuang, sering dengan mengorbankan jiwa dan raga, yaitu dengan rasa cinta sejati sebagai patriot bangsa” (BP, 18)
Dengan demikian diharapkan Gerakan Kepanduan se dunia ini bisa menjadi wadah pendidikan kepanduan untuk mencetak para calon Pandu Sejati tersebut.
Kekerabatan Antar Pandu
Satu hal lagi yang ditekankan oleh BP adalah menjalin persaudaraan atau kekerabatan antar Pandu (Scouts Brotherhood) yang diharapkan akan berpengaruh terhadap orang lain maupun lingkungan masyarakat yang lebih luas.
Dalam hal ini BP menegaskan bahwa kalau kita adalah teman satu sama lain, maka kita tidak akan mengingini suatu perselisihan, dan dengan memelihara persahabatan ini, sebagaimana telah kita adakan dalam Jamboree-Jamboree kita yang besar.
“Maka artinya kita mempersiapkan jalan untuk memecahkan soal-soal internasional dengan perundingan secara damai. Ini akan mempunyai hasil yang penting serta sangat luas di seluruh dunia demi perdamaian” (BP, 357).
Hal ini pernah dirasakan sendiri oleh penulis, pada waktu sebagai Pramuka Penggalang Garuda mengikuti Jamboree Dunia XII di Idaho, Amerika Serikat pada tahun 1967. Suasana persaudaraan antar Pandu dengan tidak membedakan warna kulit, ras/bangsa maupun agama terjalin erat selama kegiatan Jambore berlangsung.
Kemudian terpikir di benak penulis, alangkah indahnya dunia ini apabila tercipta suasana damai seperti di Jamboree Dunia ini, sehingga seperti menjadi kewajiban moral bagi para peserta Jamboree Dunia sepulang ke negerinya masing-masing akan menjalankan tugas sebagai Duta Perdamaian (Massenger of Peace) bagi bangsanya masing-masing.
Menginjak usia Pandu/Pramuka pada tingkat Penegak atau Pandega, maka BP menulis karyanya yang masuk kategori masterpiece yakni “Rovering to Success” yang diterjemahkan bebas sebagai “Mengembara Menuju Bahagia”. Semestinya buku ini menjadi rujukan maupun pedoman bagi setiap pemuda yang sedang menjalani atau mengikuti pendidikan kepanduan pada tingkat Penegak ataupun Pandega.
Pada buku “Mengembara Menuju Bahagia” ini BP mengilustrasikan perjalanan seorang pemuda yang sudah siap mengarungi samudra kehidupan yang digambarkannya seperti mengayuh kolik (perahu kecil) sendirian menuju ke pantai bahagia. Tentu untuk menuju ke pantai bahagia tidak semudah membalik tangan, seorang pemuda harus terampil dan cerdas mengatasi ataupun menghindari berbagai karang yang menghadang dan masing-masing karang mempunyai sisi gelap maupun terangnya.
Menurut ajaran BP paling tidak ada lima karang dalam kehidupan ini yang harus dilalui dan diterangkan secara panjang-lebar dalam buku tersebut. Kelima karang tersebut secara singkat dijelaskan sebagai berikut:
- Karang Pertama: KUDA. Sisi gelap dari karang ini adalah bermalas-malasan, berjudi di pacuan kuda dan pertandingan sepak-bola, serta berlomba-lomba meraih hadiah. Sisi terangnya adalah kegembiraan aktif dari olahraga sejati, hobi, dan memperoleh penghasilan dengan keringat sendiri.
- Karang Kedua: MINUMAN KERAS. Sisi gelap karang ini adalah godaan yang akan menghancurkan kebahagiaan sejati seseorang melalui keterlenaan. Sisi terangnya adalah bahwa dengan mengatasi nafsu akan memiliki karakter yang kuat dan kesenangan hidup yang bermakna.
- Karang Ketiga: WANITA. Sisi gelap dari karang ini adalah melupakan kehormatan sehubungan dengan wanita. Sisi terangnya adalah membentengi diri dari godaan melalui pemupukan sikap ksatria dan kekuatan untuk melindungi.
- Karang Keempat: PENINDAS & PEMBUAL. Sisi gelap karang ini adalah bahaya terpengaruh oleh penindas, orang fanatik, pembual atau ekstremis. Sisi terangnya adalah pendidikan diri sendiri dan layanan kepada masyarkat untuk menangkal semakin banyaknya manusia penindas.
- Karang Kelima: TIDAK BERAGAMA. Sisi negatif karang ini adalah bahaya atheisme atau tidak beragama. Sisi positifnya adalah realisasi keberadaan Tuhan dan menolong sesama manusia. Studi tentang alam adalah metoda yang paling tepat. (BP, 35, 84, 135, 184, 238)
Kesuksesan Sejati adalah Kebahagiaan
Resep atau kiat apakah yang diajarkan oleh BP untuk melewati lima karang tersebut agar bisa meraih kebahagiaan? Salah satu kata mutiara BP yang indah dan bermakna dalam adalah “Kesuksesan Sejati adalah Kebahagiaan” (The only True Success is Happiness), bahwa kebahagiaan bukanlah sesuatu yang pasif, tidak akan diperoleh dengan hanya duduk menunggu. Namun kita diberikan tangan, kaki, otak, dan ambisi yang harus membuat kita aktif. Sikap aktif inilah yang lebih penting dibandingkan sikap pasif dalam mencapai kebahagiaan sejati. (BP, 14)
Dua kunci yang diberikan BP untuk mencapai kebahagiaan sejati adalah yang pertama jangan kelewat serius dalam menghadapi sesuatu, melainkan manfaatkan segala yang kita miliki dengan sebaik-baiknya. Anggaplah kehidupan sebagai permainan dan dunia sebagai taman bermain. Yang kedua, jadikan Cinta (kasih-sayang) sebagai pemandu tindakan dan pikiran.
BP sengaja menuliskan Cinta dengan “C” kapital, untuk membedakannya dengan jatuh cinta dan semacamnya. Yang dimaksudkan dengan Cinta adalah sifat luhur yang ditunjukkan ketika berbuat baik kepada orang lain, ketika ramah, dan simpati, serta ketika menunjukkan rasa terimakasih kepada orang lain atas kebaikan mereka. Itulah amal baik yang berasal dari kehendak Tuhan. (BP, 15)
Akhirnya, hikmah apakah yang bisa dipetik dari refleksi maupun kontemplasi dari mengenang jasa BP di hari yang istimewa ini?
Apabila kita mengakui bahwa Gerakan Pramuka merupakan bagian dari kepanjangan sejarah Gerakan Kepanduan di Indonesia, maka nilai-nilai universal yang mengandung antara nilai kemanusiaan, persaudaraan/kekerabatan dan perdamaian dunia yang menjadi inti ajaran BP, seyogyanya masih menjadi rujukan yang penting dan perlu dikaji secara terus-menerus untuk meningkatkan mutu pendidikan kepanduan di lingkungan Gerakan Pramuka.
Sementara itu, jangan terabaikan juga para founding fathers, yang mempunyai peran sebagai perintis dan pengembang Gerakan Pramuka, antara lain Sri Sultan Hamengkubuwono IX (Bapak Pramuka Indonesia), KH Agus Salim, Ki Hadjar Dewantara, WR Supratman, Azis Saleh, dan HS Mutahar yang telah berjasa meletakkan dasar metode pendidikan Kepramukaan sesuai dengan kiasan dasar perjuangan bangsa Indonesia serta berdasarkan nilai luhur Kebudayaan bangsa Indonesia.
Sejatinya perlu terus menerus pula digali ide gagasan mereka dan yang lebih signifikan lagi dipraktikkan dalam setiap aktivitas Gerakan Pramuka.
Semoga ke depan, Gerakan Pramuka semakin Jaya dalam berkarya-bakti untuk Nusa-bangsa dan ikut serta aktif mewujudkan visi Gerakan Kepanduan Dunia yakni “Creating a Better World”, diharapkan bisa berkontribusi nyata untuk “Mewujudkan Dunia yang Lebih Baik”.
Yogyakarta, 22 Februari 2022
Kak Prijo Mustiko, Anggota Majelis Pembimbing Daerah Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta Masa Bakti 2020-2025; Pemerhati Kebudayaan, Pemerhati Bambu, Pemerhati Memorabilia Pramuka, Tim Museum Pramuka Indonesia di Yogyakarta.