A scout is friend to all and a brother to every other scout (pramuka adalah teman bagi sesama manusia dan saudara bagi sesama pandu).
Pepatah ini disampaikan Kak Paulus Tjakrawan usai mengakhiri sambutannya di depan pusara Kak Dadi Permadi Suparta di Pemakaman Karet Bivak, Jakarta Pusat, pada Kamis pagi, 22 Desember 2022.
Kak Dadi wafat Rabu malam (21/12/2022) karena sakit dalam usia 70 tahun. Beliau sempat dirawat di Rumah Sakit Kartika Pulomas.
Meskipun sakit, Kak Dadi mengikuti Rapat Koordinasi Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Pramuka yang dilaksanakan secara hybrid di Yogyakarta pada 7-9 Desember 2022. Rapat ini dihadiri utusan 22 Puslitbang kwartir daerah se-Indonesia.
“Lewat aplikasi Zoom, Kak Dadi dengan semangat memberikan usulan dan pendapat kepada peserta rakor,” kata Kak Paulus, Kepala Puslitbang Kwarnas masa bakti 2018-2023.
Di lembaga ini, Kak Dadi adalah Peneliti Utama dan Tim Ahli. Di Kwarda DKI Jakarta, Kak Dadi menjadi Andalan bidang organisasi dan manajemen. Menurut Kak Paulus, almarhum Kak Dadi yang mendorong agar Puslitbang Kwarnas menyelenggarakan survei tentang peran Kwartir Ranting dalam mendukung Gugusdepan (Gudep).
Pada tahun 1970-an, Kak Dadi menjadi Ketua Dewan Kerja Pramuka Penegak-Pandega Kwarcab (DKC) Jakarta Timur. Setelah itu beliau pernah menbabat sebagai Ketua Kwartir Ranting Matraman, Jakarta Timur. Survei yang dikoordinasi Kak Anis Ilahi (Wakil Kepala Puslitbang Kwarnas) dengan sampel di Jawa dan Bali, telah selesai.
Hasilnya sangat mengejutkan. Puslitbang akan menerbitkan hasil survei tersebut untuk bahan membuat kebijakan Kwarnas dan Kwarda ke depannya. Sayang, Kak Dadi Permadi – yang pernah menjadi Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi DKI Jakarta – tidak akan sempat melihat terbitan hasil survei tersebut.
Kak Dadi Permadi adalah pramuka sejati, sejak siaga, penggalang, penegak, pandega hingga pembina dan andalan. Dia anggota Gudep 149 & 150 yang berpangkalan di SMP 25, Jalan Selamet Riyadi, Jakarta Timur. Jenderal (Pur) Budiman, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat, pernah menjadi anggota Gudep 149.
Begitu juga Kak Tirto Andayanto (fotografer), Kak Dino Nurwahyudin (diplomat), dan Kak Sulis (mantan Ketua Mapala UI). Salah seorang pembina Gudep adalah Kak Nurman Atmasulitya, yang pernah menjadi Kepala Biro Humas Kwarnas Pramuka.
Pada saat pramuka penegak dan pandega, Kak Dadi memimpin kontingen Kwarcab Jakarta Timur ke Perkemahan Wirakarya Nasional di Lampung, tahun 1971. Setelah itu menjadi Sangga Kerja Raimuna Nasional 1978 di Jakarta. Adik beliau, yaitu Kak Triadi P Suparta, menjadi anggota pramuka di Gudep yang berpangkalan di Balai Yasa Manggarai, Kwarcab Jakarta Selatan dengan pembinanya, Kak Maman Atmasulistya. Kak Triadi juga pernah menjadi pengurus DKC, DKD Jakarta dan DKN. Saat ini Kak Triadi menjabat sebagai Sekretaris Kwarda DKI Jakarta.
Saya bertemu pertama kali dengan Kak Dadi Permadi pada tahun 1983/84. Saat itu saya menjabat Sekretaris Dewan Kerja Penegak & Pandega Ranting (DKR) Setiabudi dan baru kuliah di FISIP Universitas Indonesia. Kak Dadi yang saat itu berusia 31 tahun sudah bekerja sebagai pegawai negeri sipil di BKKBN.
Kak Dadi dan Kak Tommy Soemadi, mantan Ketua DKC Jakarta Selatan dan PNS di Ditjen Imigrasi, membantu DKC Jakarta Selatan merumuskan turunan dari Pola Pembinaan Pramuka Penegak dan Pandega.
“Belum ada petunjuk pelaksanaan turunan dari Polbin dan Petunjuk Penyelenggaraan tentang Dewan Kerja,” kata Kak Ichwan Nasution, Ketua DKC Jaksel saat itu.
Kak Ichwan Nasution dan Wakil Ketua DKC, Kak Indah Kurniati, mengajak beberapa pengurus DKR merumuskan konsep itu. Selain saya, ada juga Kak Irsyad Noeri dari DKR Cilandak. Selama berpekan-pekan diadakan rapat pada malam hari di salah satu ruangan di kediaman Kak Arianto, mantan anggota DKC Jaksel, di Jalan Gatot Soebroto.
“Siang hari saya ke kantor Kak Dadi di BKKBN untuk mengambil konsep yang menjadi bahan rapat,” ujar Kak Dedi ‘Enday’ Kurniadi, anggota DKC Jaksel.
Selain Kak Arianto, Kak Dadi dan Kak Tommy juga mengeluarkan uang pribadinya untuk konsumsi rapat. Seringkali kami menginap di kediaman Kak Ari. Pagi hari, Kak Dadi dan Kak Tommy berangkat kerja ke kantornya. Kedua senior ini memang konseptor dan kuat dalam pemikiran. Kak Tommy adalah lulusan FISIP UI. Mereka merangsang pemikiran para juniornya yang saat itu masih kuliah di tahun-tahun awal.
Pada suatu rapat, Kak Dadi dan Kak Tommy mengusulkan pendirian wadah bernama Lembaga Studi Pengembangan Pramuka (LSPP). Ketuanya adalah Kak Dadi, sekretaris Kak Nday Dedi Kurniadi dengan alamat sekretariat di Jalan Gatot Soebroto.
Sebagai junior, kami mendukung gagasan tersebut karena ide yang disampaikan sangat menarik. Dari hasil diskusi berpekan-pekan, terumuskan konsep Gladian Pengelola Satuan (Dianpinsat), Kursus Pengelola Dewan Kerja (KPDK) dan Latihan Pengembangan Kepemimpinan (LPK).
Dianpinsat kemudian diujicobakan di Kwarran Setiabudi dan Kwarran Cilandak. Kak Dadi, Kak Tommy dan pimpinan DKC Jaksel mempercayakan saya menyelenggarakan dan jadi salah seorang trainer pelatihan itu di Setiabudi. DKC Jaksel juga melakukan uji coba konsep KPDK dan LPK di Kwarran lainnya.
Pada awal 1984, tiga pengurus DKJ Jaksel yaitu Ichwan Nasution, Indah Kurniati dan Dolly Mindaryanto dipilih menjadi pengurus Dewan Kerja Pramuka Penegak & Pandega Nasional (DKN). Saat itu, Ketua DKN adalah Kak Fairus Pulungan, pramuka pandega dari Kwarcab Jakarta Selatan.
Untuk mengganti mereka, saya dan tiga pengurus DKR ditarik sebagai anggota DKC. Pimpinan DKN kemudian menyelenggarakan Dianpinsat Percontohan di Cibubur dengan materi dan kurikulum yang dihasilkan LSPP. Saya ikut menjadi pesertanya. Nama Lembaga Studi Pengembangan Pramuka (LSPP) terdengar sampai ke pengurus Kwartir.
“Kakak-kakak pimpinan Kwarnas menolak dengan keras lembaga ini,” kata Kak Noor Silvany, ketika itu Wakil Ketua DKN.
Penolakan yang sama datang dari pimpinan Kwarda DKI dan Kwarcab serta kakak-kakak para pelatih. Mereka tidak ingin ada lembaga lain yang menyandang nama pramuka selain Gerakan Pramuka.
Mereka galau dengan “pemberontakan atau aksi liar” anak-anak muda di Kwarcab Jakarta Selatan. Di Kwarda DKI Jakarta, penegak dan pandega Jakarta Selatan memang dikenal kuat dalam hal pemikiran atau konsepsi.
Setelah mendapat tentangan dari banyak pihak, Kak Dadi dan Kak Tommy akhirnya mengubah nama institusi ini menjadi Lembaga Studi Pengembangan Pemuda (LSPP).
Dalam perjalanannya, Kak Dadi kemudian kuliah di Filipina dan dilanjurkan di Hawai, Amerika Serikat. Sepulangnya dari studi di luar negeri, Kak Dadi disibukkan sebagai birokrat di BKKBN. Kak Tommy Soemadi juga bergelut di dunia kerjanya. Akhirnya LSPS tidak ada yang melanjutkan lagi.
Hanya konsep-konsepnya yang kemudian diadopsi DKN dan DKD. Tahun 1985-1988, saya terpilih sebagai Ketua DKC Jakarta Selatan dan menerapkan konsep itu. Beberapa kali kami mengundang Kak Dadi, Kak Tommy, Kak Paulus Tjakrawan untuk mengisi materi LPK di Jakarta Selatan.
Mengapa Kak Dadi Permadi dan Kak Tommy membentuk lembaga swadaya masyarakat (LSM) LSPP ?
Sebagai senior dan mantan pengurus Dewan Kerja, mereka terpanggil untuk membantu DKC Jakarta Selatan untuk merumuskan konsep kaderisasi dan pembinaan pramuka penegak dan pandega. DKC sendiri lebih dekat dengan para senior daripada dengan pelatih yang umumnya berusia lanjut dan kurang update pemikirannya.
Sejatinya, pendirian LSPP oleh Kak Dadi di tahun 1984 adalah gagasan yang progresif. Pada dasawarsa 1980-an, Gerakan Pramuka belum bersifat “massal” dengan tidak ada kewajiban para pelajar mengikuti ekstrakurikuler kepramukaan.
Banyak anggota pramuka yang berlatih di Gudep teritorial yang berpangkalan di sekolah atau komplek perumahan. Banyak anak-anak dan remaja, termasuk dari kelas menengah dan atas, yang tertarik menjadi anggota gudep.
Kak Dadi Permadi melihat bahwa Gerakan Pramuka sebagai organisasi pendidikan adalah bagian dari kelompok masyarakat sipil, bukan organ pemerintah atau Kementrian/Dinas Pendidikan.
Tahun 1978, Presiden Soeharto membentuk Kementrian Lingkungan Hidup. Lima tahun kemudian mendirikan Kementrian Kependudukan. Salah satu faktor pendorong keberhasilan program lingkungan hidup dan kependudukan adalah adanya peran dari lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Di antara LSM tertua dan terkenal adalah: Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) sudah berdiri sejak 1957, Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) berdiri pada 1971, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) tahun 1973 dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) dibentuk tahun 1980.
Pada pertengahan 1980-an, lembaga donor international dan LSM internasional menyalurkan dana dan dukungan bagi LSM Indonesia, yang didorong oleh meningkatnya peranan masyarakat sipil dalam transisi menuju demokrasi.
Memang, menurut definisinya, LSM (non-government organisations /NGO) adalah bagian dari masyarakat sipil, yaitu ‘berbagai lembaga non-pemeirntah dan non-pasar dimana kelompok masyarakat mengorganisir diri untuk mencapai kepentingan atau nilai-nilai bersama dalam kehidupan publik.
Sesungguhnya, Kak Dadi Permadi dan Kak Tommy membangun LSPP adalah untuk membantu Gerakan Pramuka dalam mencapai tujuannya sesuai AD/ART dan memperkuat kapasitas Kwartir agar lebih mandiri. Bukan bagian dari organ pemerintah dan dunia usaha. Sayangnya, saat itu pimpinan Kwartir alergi dengan LSM bernama LSPP.
Hingga saat ini, ide dan upaya menjadikan Gerakan Pramuka sebagai bagian dari kelompok masyarakat sipil juga terkalahkan oleh kepentingan pragmatis: untuk meningkatkan jumlah anggota, mendapatkan dana dari APBN/APBD dan jadi kepentingan politik elit lokal.
Survei Puslitbangnas tentang organisasi Kwartir Ranting – yang digagas Kak Dadi Permadi – mengkonfirmasi hal itu. Sebagian besar ketua Kwarran adalah Kepala Sekolah atau Kepala Kantor Diknas tingkat Kecamatan. Kantor/sanggar Kwarran selama ini menumpang di kantor instansi pemerintah, gedung sekolah, Gedung PGRI dan rumah pengurusnya.
Dari survei itu mengindikasikan bahwa Kwarran tidak ubahnya organ dari Dinas Pendidikan. Semoga masih ada pimpinan Kwartir, kakak-kakak pelatih, pembina serta Purna Aktivis dan Dewan Kerja yang merealisasikan gagasan Kak Dadi Permadi Suparta, yang merupakan saudara kita sesama pandu. (***/uwd)
Foto-foto Pemakaman :
Selamat jalan Kak Dadi…
Mengabdi Tanpa Batas