PRAMUKA.ID — Kwartir Ranting (Kwarran) melalui Dewan Kerja Ranting (DKR) Rengat Barat mengadakan Napak Tilas dengan rute Pematang Reba menuju Tugu 5 Januari di Kota Rengat, Rabu (4/1/2023).
Ketua Kwarran Rengat Barat, Kak Warsito mengatakan, dengan diadakannya kegiatan napak tilas ini diharapkan generasi muda tahu sejarah daerah dan dapat berkontribusi dalam pembangunan daerah di masa akan datang.
Kak Warsito menerangkan, kegiatan ini diikuti oleh 37 orang Pramuka Penegak Pandega yang tergabung dalam Dewan Kerja Ranting (DKR) Rengat Barat.
Pelepasan secara resmi dilakukan pada Rabu (4/1/2023) pukul 16.30 WIB di halaman Kantor Camat Rengat Barat oleh Ketua Majelis Pembimbing Ranting (Ka Mabiran) Rengat Barat, Kak Hendry.
Didampingi para pegawai kantor Camat, Kapolsek Rengat Barat yang diwakili petugas Satlantas, Edi, Koramil dan Pengurus Kwarran Rengat Barat, Kak Hendry berpesan agar adik- dik selalu menjaga keselamatan selama kegiatan.
“Ini adalah suatu kebanggaan bagi Rengat Barat, di saat generasi muda yang lain sibuk dengan dunianya, adik- adik DKR berani berkorban meluangkan waktu untuk mengikuti napak tilas yang sangat positif ini,” ujar Kak Hendry.
Kak Hendry menyebutkan bahwa napak tilas ini menjadi pembelajaran sejarah yang sangat efektif.
Perjalanan Napak Tilas menempuh Rute Pematang Reba menuju Kota Rengat dengan jarak lebih kurang 17 kilometer berjalan lancar dan dikawal langsung oleh mobil Patwal Polsek Rengat Barat dan Ambulance KPK Pematang Reba.
Para peserta napak tilas sangat menikmati perjalanan dan sangat terkesan.
Tiba di Kota Rengat, rombongan langsung mengikuti zikir bersama mengenang Tragedi 5 Januari 1949 di pendopo gedung sejuta sungkai yang diadakan oleh Pemerintah Daerah Indragiri Hulu.
Pada kesempatan itu Bupati Indragiri Hulu (Inhu), Kak Rezita Meylani Yopi mengapresiasi inisiatif kegiatan napak tilas oleh adik- adik DKR Rengat Barat.
“Luar biasa adik-adik semua,” ujar Bupati yang juga Ketua Majelis Pembimbing Cabang (Ka Mabicab) Gerakan Pramuka Inhu.
Sejarah Tragedi 5 Januari 1949
Bung Karno pernah berkata Jasmerah, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Sejarah akan perjuangan bangsa dalam meraih dan mempertahankan kemerdekaan harus kita tanamkan dan kita sampaikan kepada generasi muda agar mereka tidak kehilangan jati diri sebagai bangsa.
Peristiwa 5 Januari 1949 adalah peristiwa yang terjadi di Kota Rengat. Menurut Wikipedia, pembantaian Rengat dalam bahasa Belanda Bloedbad van Rengat atau dikenal pula sebagai Tragedi 5 Januari 1949 merupakan peristiwa pembantaian yang dilakukan oleh Tentara Kerajaan Hindia Belanda di Rengat, Riau pada akhir periode Agresi Militer Belanda II, tepatnya pada 5 Januari 1949.
Pada saat itu Belanda menyerang Rengat pada pagi hari. Untuk menduduki Rengat, Belanda menerjunkan sebanyak 180 pasukan khusus Korps Speciale Troepen di bawah Letnan Rudy de Me.
Mereka melakukan penjarahan, pemerkosaan, dan eksekusi terhadap para anggota TNI, pegawai negeri, dan warga sipil. Mayat para korban dibuang di Sungai Indragiri.
*
Pewarta : Warsito/Rasid Ahmad