Musim hujan telah tiba. Meski pun intensitas curah hujan berbeda-beda, namun hujan tercatat merata membasahi hampir semua tempat di Indonesia. Kalau sudah begini, bisakah kegiatan kepramukaan berlanjut?
Seperti sudah banyak diketahui, kegiatan kepramukaan umumnya dilakukan di luar ruangan. Bapak Pramuka Sedunia, Lord Baden-Powell, berulangkali mengungkapkan pentingnya berkegiatan di alam terbuka. “A boy on joining wants to begin Scouting right away”, kata Baden-Powel. Seorang anak begitu dia bergabung, ingin langsung melakukan Scouting, dan Scouting is Outing, kepramukaan adalah ke luar, ke alam terbuka.
Kutipan kalimat Baden-Powell lainnya, “A week of camp life is worth six months of theoretical teaching in the meeting room”. Artinya, seminggu dalam perkemahan (yang dilakukan di alam terbuka) sama berharganya dengan pelajaran teori selama enam bulan di dalam ruang belajar.
Lebih dari itu. Baden-Powell pernah pula mengatakan, “The open-air is the real objective of Scouting and the key to its success”. Artinya, alam terbuka adalah tujuan sebenarnya dari kepramukaan dan kunci untuk kesuksesan (kegiatan kepramukaan itu).
Jadi jelas, berkegiatan kepramukaan adalah berkegiatan di alam terbuka. Tentu saja, dalam musim hujan seperti ini, sangat besar kemungkinannya terkena hujan saat berkegiatan kepramukaan. Maka timbul pertanyaan, dalam musim hujan bisakah kegiatan kepramukaan berlanjut?
Protokol Kesehatan
Tentu saja akan ada yang mengemukakan bahwa terlalu memaksakan diri mengadakan kegiatan kepramukaan saat ini. Bukan karena musim hujannya, tetapi karena saat ini di mana-mana sedang dilanda pandemi Covid-19.
Hal ini jelas harus menjadi perhatian, karenanya bagi yang ingin tetap melaksanakan kegiatan kepramukaan harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Di beberapa negara, kegiatan kepramukaan yang sempat terhenti pada awal pandemi Covid-19, kini mulai dilaksanakan lagi. Walau pun demikian, tidak lagi bisa seperti sebelum adanya pandemi Covid-19.
Protokol kesehatan yang ketat benar-benar diterapkan. Jumlah yang mengikuti kegiatan secara tatap muka dibatasi, serta semuanya tetap mengenakan masker dan menjaga jarak.
Ada juga yang mengadakan perkemahan, tetapi itu pun dilakukan mengikuti protokol kesehatan. Satu tenda hanya untuk satu orang, tidak ada pinjam meminjam peralatan, baik peralatan pribadi seperti peralatan mandi dan sebagainya maupun peralatan makan, dan ketika berkegiatan pun dilakukan dengan menjaga jarak.
Beberapa Pramuka, baik perorangan maupun dalam kelompok kecil, mungkin melaksanakan pula pengelanaan di alam terbuka. Mendaki gunung, menembus rimba, dan menyusur sungai serta pantai.
Di banyak tempat, kerinduan pada alam terbuka, membuat sejumlah Pramuka — ada yang bersama keluarga intinya — berkemah di tempat tertentu yang tidak banyak orang. Ada juga yang secara perorangan melakukan hiking menyusuri jalan setapak di suatu taman nasional dan sebagainya.
“Be Prepared”
Tentu dalam kegiatan-kegiatan itu yang dilaksanakan saat ini di musim hujan, kemungkinan terkena hujan yang turun mendadak, sangat mungkin. Lalu, haruskah semua kegiatan kepramukaan di alam terbuka dihentikan?
Tidak juga. Kegiatan kepramukaan tetap dapat dilanjutkan, dengan berpegang pada prinsip “be prepared”, prinsip yang dikenal luas di kalangan Pramuka. Be prepared atau siap sedia, membuat para Pramuka dididik untuk selalu siap dan sedia dalam situasi dan kondisi apa pun. Termasuk juga ketika berkegiatan kepramukaan dalam kondisi musim hujan.
Mulai dari menyiapkan jas hujan, payung, ponco, membungkus peralatan dan pakaian dengan plastik, serta menggunakan ransel dengan penutup dari plastik. Tendanya pun sebaiknya dipilih yang waterproof dari segala sisi, baik dari atap maupun seluruh bagian tenda itu.
Selain tenda utama, ponco atau peralatan lain untuk membuat bivak darurat perlu pula ada. Tak kalah penting, menyiapkan peralatan seperti pemantik api yang mudah digunakan dalam keadaan basah, dan sebagainya.
Baju ganti yang disimpan rapi dalam plastik juga menjadi keharusan. Termasuk sweater atau baju hangat yang diperlukan saat suhu udara mendingin. Baju hangat itu juga perlu dipersiapkan untuk segera dipakai bila kehujanan dan telah mendapat tempat berteduh yang kering.
Buka semua pakaian yang basah, termasuk sepatu dan kaus kaki, dan segera pakai baju hangat. Jangan biarkan berlama-lama tubuh basah kehujanan yang dapat mengakibatkan kedinginan dan bukan tak mungkin hipotermia, atau suhu tubuh menurun drastis di bawah 35 derajat Celcius.
Termasuk juga yang perlu dipersiapkan adalah mendidik para Pramuka untuk memanfaatkan apa yang ada dalam membuat api di tengah hujan, baik untuk memasak maupun untuk menghangatkan tubuh.
DI luar itu semua, yang tak kalah penting adalah perencanaan. Seperti pernah disebutkan ada tiga hal peting agar suatu kegiatan sukses, termasuk kegiatan kepramukaan. Ketiga hal itu adalah perencanaan yang baik, perencanaan yang baik, dan perencanaan yang baik.
Beberapa Pramuka, baik perorangan maupun dalam kelompok kecil, mungkin melaksanakan pula pengelanaan di alam terbuka. Mendaki gunung, menembus rimba, dan menyusur sungai serta pantai.
Di banyak tempat, kerinduan pada alam terbuka, membuat sejumlah Pramuka — ada yang bersama keluarga intinya — berkemah di tempat tertentu yang tidak banyak orang. Ada juga yang secara perorangan melakukan hiking menyusuri jalan setapak di suatu taman nasional dan sebagainya.
“Be Prepared”
Menghangatkan tubuh agar tak terserang hiportemia seusai diguyur hujan deras. (Foto: Laiyin Nento)
Menghangatkan tubuh agar tak terserang hiportemia seusai diguyur hujan deras. (Foto: Laiyin Nento)
Tentu dalam kegiatan-kegiatan itu yang dilaksanakan saat ini di musim hujan, kemungkinan terkena hujan yang turun mendadak, sangat mungkin. Lalu, haruskah semua kegiatan kepramukaan di alam terbuka dihentikan?
Tidak juga. Kegiatan kepramukaan tetap dapat dilanjutkan, dengan berpegang pada prinsip “be prepared”, prinsip yang dikenal luas di kalangan Pramuka. Be prepared atau siap sedia, membuat para Pramuka dididik untuk selalu siap dan sedia dalam situasi dan kondisi apa pun. Termasuk juga ketika berkegiatan kepramukaan dalam kondisi musim hujan.
Mulai dari menyiapkan jas hujan, payung, ponco, membungkus peralatan dan pakaian dengan plastik, serta menggunakan ransel dengan penutup dari plastik. Tendanya pun sebaiknya dipilih yang waterproof dari segala sisi, baik dari atap maupun seluruh bagian tenda itu.
Selain tenda utama, ponco atau peralatan lain untuk membuat bivak darurat perlu pula ada. Tak kalah penting, menyiapkan peralatan seperti pemantik api yang mudah digunakan dalam keadaan basah, dan sebagainya.
Baju ganti yang disimpan rapi dalam plastik juga menjadi keharusan. Termasuk sweater atau baju hangat yang diperlukan saat suhu udara mendingin. Baju hangat itu juga perlu dipersiapkan untuk segera dipakai bila kehujanan dan telah mendapat tempat berteduh yang kering.
Buka semua pakaian yang basah, termasuk sepatu dan kaus kaki, dan segera pakai baju hangat. Jangan biarkan berlama-lama tubuh basah kehujanan yang dapat mengakibatkan kedinginan dan bukan tak mungkin hipotermia, atau suhu tubuh menurun drastis di bawah 35 derajat Celcius.
Termasuk juga yang perlu dipersiapkan adalah mendidik para Pramuka untuk memanfaatkan apa yang ada dalam membuat api di tengah hujan, baik untuk memasak maupun untuk menghangatkan tubuh.
DI luar itu semua, yang tak kalah penting adalah perencanaan. Seperti pernah disebutkan ada tiga hal peting agar suatu kegiatan sukses, termasuk kegiatan kepramukaan. Ketiga hal itu adalah perencanaan yang baik, perencanaan yang baik, dan perencanaan yang baik.
###
###
Naskah: Berthold DH. Sinaulan
Foto: simplemost.com
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di Kompasiana dengan judul sama.
Link: