PRAMUKA.ID — Aula Graha Kwarda Lampung bergemuruh penuh semangat saat Kak Laiyin Nento, Wakil Kepala Pusdiklatnas Gerakan Pramuka, menyampaikan materi Kapita Selekta Pembina Pramuka pada kegiatan Karang Pamitran Daerah Lampung 2025, pada Kamis, (07/08/1015). Dihadiri oleh lebih dari 300 warga perkemahan yang terdiri dari Pembina utusan dari 15 Kwartir Cabang se-Lampung serta panitia, sesi yang berlangsung dari pukul 08.00 hingga 11.30 WIB ini dikemas secara interaktif, menyenangkan, dan penuh inspirasi.
Kak Laiyin membuka materi dengan mengajak peserta memahami makna logo WOSM (World Organization of the Scout Movement), menekankan bahwa kepramukaan dunia bertumpu pada tiga pilar utama: Duty to God, Duty to Others, dan Duty to Self. Ia memantik kesadaran bahwa Gerakan Pendidikan ini bersifat global dan mendapat pengakuan dari PBB sebagai organisasi kaum muda terdepan di dunia.
Suasana kemudian dibuat lebih cair melalui ice breaking tentang kepribadian diri, dengan memetakan peserta ke dalam empat kuadran kepribadian. Para pembina diajak mengenal potensi dan gaya masing-masing, serta memahami pentingnya pendekatan personal dalam membina peserta didik.
Dalam sesi yang membumi dan menyentuh, Kak Laiyin juga membagikan cerita inspiratif dari pengalamannya sebagai Pembina Pramuka saat menjadi instruktur tamu di perkemahan musim panas di Amerika Serikat. Ia mengisahkan seorang Pramuka berkebutuhan khusus dengan sindrom autisme yang berhasil meraih TKK panjat tebing. Meskipun sempat diragukan, dengan ketekunan dan dukungan yang tepat, sang Pramuka membuktikan kemampuannya. Kisah ini menjadi jembatan untuk mengajak para pembina menciptakan ruang tumbuh yang inklusif bagi semua peserta didik.
Menurut Kak Laiyin, setiap pembina perlu memiliki pemahaman kuat terhadap aspek-aspek fundamental kepramukaan, yakni: “What – Why – How“. Ia menekankan bahwa Gerakan Pramuka adalah pendidikan ketiga setelah rumah dan sekolah, yang memiliki ciri khas dan pendekatan tersendiri yang perlu dijaga sekaligus dikembangkan.
Selain itu Kak Laiyin juga menyoroti fenomena lintas generasi serta bagaimana perkembangan zaman dan teknologi mengubah cara kita mendidik.
“Kita tidak bisa lagi pakai cara lama untuk zaman sekarang. Gunakan pendekatan berbasis generasi dan media sosial. Gunakan AI secara bijak. Carilah Wow Factor dalam setiap kegiatan,” ujarnya penuh semangat.
Sesi kemudian dilengkapi dengan latihan reflektif, kuis interaktif menggunakan platform digital, lagu-lagu kelompok, serta pengenalan konsep safe-scouting dalam setiap aktivitas kepramukaan.
Menurut Kak Dr. Bainah Sari Dewi, Ketua Panitia Karang Pamitran Daerah Lampung, materi yang disampaikan Kak Laiyin sangat relevan dan inspiratif.
“Kak Laiyin membawakan materi yang sangat pas, membumi, dikemas dengan cara yang menarik dan penuh kejutan. Persis seperti yang dibutuhkan para Pembina di Lampung. Tidak menggurui, tapi menggugah. Tidak hanya memberi teori, tapi juga memberi inspirasi yang hidup,” tutur Kak Dewi.
Ia juga mencatat antusiasme tinggi dari para peserta yang bahkan masih melanjutkan diskusi dan refleksi di kelompoknya masing-masing setelah sesi selesai.
Kegiatan ini menjadi momentum penting bagi para Pembina Pramuka di Lampung untuk menyadari bahwa semangat volunteerisme harus tetap menjadi ruh Gerakan Pramuka. Namun demikian, pembina juga harus mampu melakukan inovasi, improvisasi, dan bersikap lincah (agile) dalam menjawab tantangan zaman agar kepramukaan tetap relevan dan berdampak.
“Kita harus menularkan virus membina kepada teman-teman kita di luar sana, agar lahir semakin banyak Pembina hebat,” ujar Kak Laiyin menutup sesinya.
Sumber: Humas Kwarda Lampung
Editor PusdatinKN