PRAMUKA.ID – Wakil Ketua/Ketua Komisi Organisasi dan Hukum (Orgakum) Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Dr. Sigit Muryono, M.Pd., Kons memaparkan tentang bagaimana kepemimpinan dapat berjalan dalam situasi Krisi.
Hal tersebut disampaikan pada Latihan Pengembangan Kepemimpinan (LPK) Tingkat Nasional Tahun 2022 di Aula Soedirman Pusdikarmed Kota Cimahi, Jawa Barat, Minggu (4/12/2022).
Dalam pemaparannya, Kak Sigit menyampaikan jika saat ini seluruh pemimpin di dunia tengah menghadapi berbagai krisis. Pandemi Covid-19, perang, krisis ekonomi, hingga krisis pangan menjadi tantangan yang harus dihadapi.
Kak Sigit menyebutkan jika kebijakan dan cara pandang pemimpin dunia dalam menghadapi krisis tersebut dapat dijadikan contoh untuk dapat diaplikasikan dalam kepemimpinan diri.
Ia menjelaskan setidaknya sebagai pemimpin diharuskan memiliki pola pikir yang berbeda dengan kebanyakan orang. Seorang pemimpin diharapkan memiliki sifat ketakutan produktif.
“Dengan adanya ketakutan produktif, pemimpin akan semakin waspada dengan segala hal. Seperti disampaikan Bill Gates jika ketakutan akan menjadi pemandu bagi kita. Karena dengan adanya ketakukan, kita waspada terhadap berbagai aspek sehingga kita semakin siap menghadapi berbagai krisis,” ujarnya.
Kak Sigit juga menambahkan sifat kedua yang harus dimiliki yakni kreatifitas empiris. Pemimpin diwajibkan menjadi sangat kreatif dalam memunculkan gagasan serta mengaplikasikannya. Ia mengingatkan jika pemimpin harus memiliki cara pandang yang berbeda agar tujuan yang ingin dicapai dapat berjalan dengan efektif.
Sebagai seorang pemimpin, sifat disiplin fanatik juga ia sebut sebagai nilai penting. Sifat disiplin fanatik ini akan memunculkan konsistensi dalam menjalankan organisasi sesuai dengan visi dan misi, tujuan, serta standar organisasi.
Meskipun berbagai rintangan dan tantangan muncul, dengan adanya disiplin fanatik akan memunculkan pemimpin yang konsisten untuk menyelesaikan tugas dan fungsi sesuai yang diamanatkan pada dirinya.
Di akhir paparan, Kak Sigit menyimpulkan jika pemimpin juga harus memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk mengekspresikan pendapat mereka serta menghargai reaksi mereka.
Terlebih dalam menghadapi krisis, ide dan masukan dari berbagai pihak sangat penting untuk memperkaya sudut pandang dalam penyelesaian sebuah persoalan.
Peserta terlihat sangat antusias menerima materi dari Kak Sigit. Berbagai pertanyaan dan pendapat silih berganti disampaikan para peserta. Selain itu, pemaparan materi juga diwarnai dengan kegiatan ice breaking dengan bernyanyi, tepuk tangan, serta menampilkan yel-yel.
*
Pewarta : Roni Ramadhan