PRAMUKA.ID – Siapa Pramuka yang tidak mengenal film “Hasduk Berpola”? Film yang rilis pada tahun 2013 ini telah menyita perhatian Pramuka di seluruh Indonesia. Karena mengangkat tema yang tidak biasa. Tentu di balik pembuatan film yang luar biasa, terdapat sutradara yang berpengaruh besar. Kak Harris Nizam adalah sutradara di balik kesuksesan film “Hasduk Berpola”.
Kak Harris Nizam mengaku pada saat itu dia dihadapkan dengan dua pilihan yang cukup berat terhadap cerita mana yang akan dipilih untuk proyek film berikutnya. Ia harus memilih antara film dengan cerita populer yang berpotensi menjadi film besar atau cerita “Hasduk Berpola” yang tidak tahu apakah akan memiliki penonton. Akhirnya, keinginan Kak Harris Nizam untuk menyumbangkan suatu karya melalui filmnya kepada Indonesia membuatnya memilih menyutradarai “Hasduk Berpola”. Film “Hasduk Berpola” merupakan adaptasi dari cerpen dengan judul yang sama, karya Kak Bagas D. Bawono. Cerpen ini terinspirasi dari kekecewaan penulis terhadap para pejabat negara yang lupa menyanyikan lagu Indonesia Raya pada sidang Paripurna tahun 2009.
“Aku ingin semua penonton di bioskop menyanyikan Indonesia Raya. Aku ingin anak-anak Indonesia kembali hafal lagu Indonesia Raya. Niat awalku memilih Hasduk Berpola hanya sesederhana itu,” ujar Kak Harris Nizam.
Kak Dina Dasucianawati yang saat itu bekerja di Majalah Pramuka mendapat tugas membuat profil Kak Harris Nizam. Kak Dina juga terlibat dalam pemilihan duta perdamaian untuk Messengers of Peace (MoP) Indonesia. Saat mewawancarai Kak Harris, Kak Dina mengaku menemukan kecocokan nilai yang dibawakan oleh MoP Indonesia dengan nilai yang disebarkan oleh Kak Harris Nizam.
Kak Sri Gusni Febriasari, National Coordinator for Messengers of Peace Indonesia pertama, merumuskan tiga nilai Messengers of Peace Indonesia, yaitu Dream-Do-Share, yang intinya setiap Pramuka harus memiliki mimpi. Kemudian berani melakukan mimpi itu, dan membagikannya. Ketiga nilai tersebut dirasakan oleh Kak Dina ada dalam diri Kak Harris Nizam. Kak Dina pun mengusulkan kepada Kak Sri Gusni untuk menjadikan Kak Harris Nizam sebagai Messengers of Peace Indonesia Ambassador.
Ya, seorang duta diperlukan untuk menyebarluaskan sebuah “produk” agar masyarakat tertarik terhadap “produk” itu. MoP saat itu baru dikenal di Indonesia, sehingga perlu untuk disebarluaskan.
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka mengundang Kak Harris Nizam untuk bertemu di Kwartir Nasional pada Sabtu 16 Februari tahun 2013. Pertemuan tersebut juga bertepatan dengan kunjungan Kak John Geoghegan, Direktur World Scout Foundation. Setelah obrolan yang cukup panjang antara Kak Harris Nizam dengan Kak John Geoghegan, dilantiklah Kak Harris Nizam sebagai Duta Messengers of Peace Indonesia.
Menurut Kak John Geoghegan, Kak Harris Nizam adalah anak muda yang meskipun bukan Pramuka, tapi telah menyebarkan nilai-nilai Pramuka.
Menjadi duta perdamaian adalah tanggung jawab baru bagi sutradara film Surat Kecil untuk Tuhan ini, “Aku merasa ini adalah tanggung jawab untuk menjadikan diriku lebih baik. Aku tidak mau sok-sokan menginspirasi orang. Tapi buat aku sendiri ternyata tidak benar. Aku ingin menjadi lebih baik bagi diri aku sendiri, sehigga bisa menginspirasi orang lain dengan apa yang aku perbuat. Intinya, aku tidak ingin berpura-pura,” kata Kak Harris Nizam.
Direktorat Jendral Sejarah dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2013 pun mengambil alih film “Hasduk Berpola”, karena dianggap sebagai film anak yang mampu membentuk karakter bangsa. Berkat hal tersebut, Kak Harris Nizam mendapatkan kesempatan berkeliling Indonesia untuk mempromosikan film “Hasduk Berpola” sambil membawa misi MoP. Bagi Kak Harris Nizam, menyebarkan pesan-pesan MoP tidak hanya kepada Pramuka, tapi ke seluruh masyarakat yang dia temui. Selama tahun 2013 hingga akhir tahun 2016, Kak Harris Nizam telah mengunjungi 111 kabupaten di Indonesia. Saat hadir di tiap daerah dia tidak lupa mengenakan scarf MoP. Dia berusaha untuk menginspirasi, bahwa “Mimpi milik siapa pun”.
Tidak berhenti di situ, Kak Harris Nizam selalu berusaha untuk menyebarkan nilai-nilai positif melalui film-film karyanya. Ia memperoleh lencana Satyawira Pratama dari Kwartir Nasional Gerakan Pramuka pada tahun 2013. Dia juga dinobatkan sebagai salah satu Asia-Pacific Messengers of Peace Heroes Awards pada tahun 2018.
Kak Harris Nizam mengingatkan kepada seluruh Pramuka untuk tidak berhenti menjadi diri sendiri dan berbuat baik. “Menjadi lebih baik terhadap diri sendiri dan jujurlah dengan diri sendiri. Kemudian secara otomatis aura positif yang kita lakukan akan terlihat dan terpancar. Tidak perlu berpura-pura dalam semua hal. Selain itu, jangan pernah pamrih dalam berbuat baik. Aku percaya nanti kebaikan itu yang membalas orang lain. Jangan pernah menakar dan membatasi untuk berbuat baik. Karena hal baik itu akan datang sendiri.”
Teks: Kak Isha
Editor: Kak Fitri
***
Dokumentasi: Kak Dina Dasucianawati dan Messengers of Peace Indonesia